Suara.com - Penelitian baru tentang ginjal menemukan bahwa penggunaan obat-obatan jangka panjang yang biasa diresepkan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan gagal jantung dapat mengakibatkan kerusakan ginjal.
Temuan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Virginia tersebut meningkatkan kekhawatiran para peneliiti, lapor Medical Xpress.
Selama ini, pasien dengan tekanan darah tinggi harus mengonsumsi beberapa obat, salah satunya Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor. Obat ini berfungsi untuk menghambat enzim pengubah angiotensin.
Mereka menemukan sel ginjal khusus yang disebut sel renin memainkan peran penting. Sel-sel ini biasanya memproduksi renin, hormon yang membantu tubuh mengatur tekanan darah.
Baca Juga: Baru 20 Menit Masuk Kamar, Pria di Buleleng Tewas Diduga Karena Obat Kuat
Tapi perubahan pada sel renin dapat menyebabkan sel menyerang dinding pembuluh darah ginjal, lalu memicu penumpukan jenis sel lain, yakni sel otot polos, dan menyebabkan pembuluh darah menebal dan kaku.
Akibatnya, darah tidak dapat mengalir melalui ginjal sebagaimana mestinya.
"Studi kami menunjukkan bahwa sel-sel yang memproduksi renin bertanggung jawab atas kerusakan," jelas peneliti Sequeira Lopez. dari Department of Pediatrics and Child Health Research Center.
Sementara obat-obatan jangka panjang yang menghambat sistem renin-angiotensin, seperti ACE inhibitor memiliki efek pengerasan pembuluh ginjal pada studi terhadap tikus di laboratorium dan manusia.
Meski begitu, peneliti mencatat bahwa obat-obatan dapat menyelamatkan nyawa pasien, tetapi perlu studi tambahan untuk lebih memahami kerusakan pada ginjal.
Baca Juga: Obat Covid-19 Molnupiravir Lebih Besar Manfaatnya DIbanding Risikonya
"Penting untuk melakukan studi prospektif terkontrol secara acak untuk menentukan tingkat kerusakan fungsional dan jaringan pada pasien yang memakai obat pengontrol tekanan darah," ujar peneliti lainnya Ariel Gomez.
Ia melanjutkan, "Sangat penting untuk mengetahui molekul apa yang dibuat sel-sel ini sehingga kami dapat melawannya untuk mencegah kerusakan saat hipertensi diobati dengan obat yang tersedia saat ini."