Suara.com - Beberapa ahli memperkirakan bahwa pada tahun 2022 ini Covid-19 akan segera menjadi endemi layaknya flu biasa dan virusnya tak akan pernah hilang. Namun hal ini ditanggapi secara skeptis oleh WHO di tengah lonjakan kasus akibat varian Omicron.
Dilansir dari Reuters, Organisasi Kesehatan Dunia tersebut mengatakan bahwa varian Omicron bakal menginfeksi lebih dari separuh warga Eropa, sehingga sebaiknya jangan dulu menganggapnya sebagai penyakit endemis seperti flu.
Dikatakan direktur WHO untuk Eropa Hans Kluge dalam konferensi pers, Eropa telah mencatat lebih dari 7 juta kasus baru pada pekan pertama 2022, dan dua kali lipat lebih dari periode dua pekan.
"Pada tingkat ini, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) memperkirakan bahwa lebih dari 50 persen populasi di kawasan tersebut akan terinfeksi Omicron dalam 6-8 pekan ke depan," kata Kluge, merujuk pada pusat penelitian di Universitas Washington.
Baca Juga: Kehabisan Stok, Vaksinasi Covid-19 Untuk Anak 6-11 Tahun di Mataram Dihentikan
Sebanyak 50 dari 53 negara di Eropa dan Asia Tengah melaporkan kasus varian yang lebih menular tersebut, katanya lebih lanjut.
Namun, muncul bukti bahwa Omicron memengaruhi saluran pernapasan atas ketimbang paru-paru, sehingga menyebabkan gejala yang lebih ringan dari varian sebelumnya.
Kendati demikian, WHO memperingatkan lebih banyak studi diperlukan untuk membuktikan hal tersebut.
Pada Senin (10/1/2022), Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan mungkin sudah saatnya untuk mengubah cara melacak evolusi Covid-19 daripada menggunakan metode serupa untuk flu, sebab tingkat kematiannya sudah menurun.
Itu artinya akan memperlakukan virus seperti penyakit endemi, bukan pandemi, tanpa mencatat kasus dan tanpa memeriksa setiap orang yang bergejala.
Baca Juga: Gratis Mulai Hari Ini, Begini Cara Cek Tiket Dan Jadwal Vaksin Booster Covid-19
Namun, pejabat kedaruratan senior WHO untuk Eropa, Catherine Smallwood, menyebut bahwa itu "masih jauh". Menurutnya, endemisitas menghendaki penularan yang stabil dan dapat diprediksi.
"Kita masih mempunyai segudang ketidakpastian dan satu virus yang berkembang dengan pesat, yang menghadirkan tantangan baru. Kita tentu saja tidak berada pada titik di mana kita dapat menyebutnya endemi," kata Smallwood.
"Pada waktunya nanti bisa saja menjadi endemi, namun menetapkannya (terjadi) pada 2022 agak sulit di tahap ini," pungkasnya.