Cegah Kenaikan Kasus COVID-19, Swedia Batasi Pengunjung Mal dan Restoran

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 11 Januari 2022 | 17:21 WIB
Cegah Kenaikan Kasus COVID-19, Swedia Batasi Pengunjung Mal dan Restoran
Ilustrasi COVID-19 (pixabay.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Update COVID-19 Global

Sementara itu di seluruh dunia, Kasus Covid-19 di dunia bertambah 1.882.804 dalam 24 jam terakhir. Hampir dari setengah kasus baru itu hanya tersebar di Eropa, dengan jumlah 722.616 kasus.

Eropa juga mendominasi angka kematian harian akibat Covid-19 secara global. Dari 4.362 kematian di dunia yang terjadi dalam sehari kemarin, sebanyak 2.322 jiwa di antaranya berada di Eropa.

Dikutip dari situs worldometers, total kasus Covid-19 di dunia per Selasa (11/1) pukul 07.30 WIB sebanyak 310,45 juta dengan kematian lebih dari 5,51 juta jiwa.

Lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah negara Eropa menyebabkan kenaikan angka rawat inap di rumah sakit. Perancis mengalami kenaikan bed occupancy rate (BOR) dari 767 menjadi 22.749 pada Senin (10/1), terbesar sejak April 2021.

Kenaikan angka rawat inap itu disebutkan karena tingkat infeksi omicron yang tak terkendali.

Menteri Kesehatan Perancis Olivier Veran mengatakan bahwa varian omicron sebenarmya menyebabkan komplikasi yang kurang serius dibandingkan varian sebelumnya. Tetapi karena sangat cepat menular, menyebabkan jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit meningkat dengan cepat.

Perancis melaporkan hampir 94.000 kasus baru virus corona, setelah dalam benerapa hari terakhir mencapai ratusan ribu kasus baru per hari.

Selain Perancis, Italia juga menjadi negara Eropa yang tengah alami lonjakan kasus positif Covid-19. Selain karena paparan varian omicron, lonjakan kasus di Italia juga disebabkan orang-orang yang belum divaksinasi.

Baca Juga: Minta Masyarakat Tahan Diri ke Luar Negeri, Airlangga: Jangan Kita Bawa Pulang Penyakit!

Sejumlah kecil orang Italia menolak untuk divaksinasi Covid-19. Akibatnya menyebabkan berlanjutnya krisis kesehatan di sana, kata Perdana Menteri Mario Draghi, dikutip dari Channel News Asia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI