Suara.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorisation (EUA) terhadap lima jenis vaksin Covid-19 yang akan digunakan sebagai booster.
Ketua BPOM Penny Lukito menyampaikan, penerbitan EUA untuk booster vaksin Covid-19 perlu dikeluarkan karena antibodi dari vaksinasi primer (dosis pertama dan kedua) terbukti menurun seiring waktu.
"Data imunogenisitas dari uji klinis menunjukkan adanya penurunan antibodi yang signifikan, menurun sampai di bawah 30 persen. Itu terjadi setelah 6 bulan pemberian vaksin primer yang lengkap. Oleh karena itu diperlukan pemberian vaksin boster," kata Penny dalam konferensi pers daring, Senin (10/1/2022).
Penny menekankan bahwa penurunan titer antibodi pada setiap jenis vaksin berbeda-beda. Namun, secara umum, dipastikan bahwa penerima vaksin Covid-19 dengan jenis apa pun di Indonesia perlu mendapatkan booster, apabila memenuhi syarat.
Baca Juga: Bos Pfizer Targetkan Produksi Vaksin Untuk Varian Omicron Tersedia Di Maret 2022
Terkait efek samping, menurut Penny, relatif ringan.
"Hasil evaluasi dari aspek keamanan kelima vaksin booster tersebut menunjukan bahwa frekuensi, jenis, dan keparahan dari Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) yang dilaporkan setelah pemberian booster umumnya bersifat ringan dan sedang," ujarnya.
Lima jenis vaksin untuk booster yang baru diberikan EUA oleh BPOM juga memiliki peningkatan titer antibodi yang berbeda-bedanya.
Vaksin ada yang berupa homolog atau pemberian dosis vaksin 1-3 menggunakan platform dan merek yang sama. Juga heterolog yang berarti pemberian vaksin dosis booster berbeda jenis dengan pemberian vaksin dosis 1 dan 2.
Berikut perbedaan tingkat kenaikan titer antibodi dari kelima vaksin booster Covid-19 tersebut.
Baca Juga: India Berikan Vaksin Booster, Khusus Tenaga Kesehatan dan Lansia?
1. Vaksin Coronavac
Vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Bio Farma ini termasuk homolog. Sebagai vaksin booster, pemberiannya cukup 1 dosis dengan keda waktu minimal 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap.
Vaksin booster Coronavac boleh diberikan kepada orang berusia di atas 18 tahun. Peningkatan titer antibodi netralisasi mencapai 21-35 kali setelah 28 hari penyuntikkan.
2. Vaksin Pfizer
Sebagai dosis lanjutan homolog, booster Pfizer dapat diberikan sebanyak 1 dosis dengan jeda minimal 6 bulan pasca vaksinasi primer dosis lengkap kepada orang di atas usia 18 tahun. Peningkatan nilai titer antibodi netralisasi setelah 1 bulan pemberian booster sebesar 3,29 kali.
3. Vaksin AstraZeneca
Sebagai booster homolog dapat diberikan sebanyak 1 dosis minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer dosis lengkap. Booster AstraZeneca (Vaxzevria dan Kconecavac) hanya diberikan kepada orang di atas usia 18 tahun. Sementara peningkatan nilai rata-rata titer antibodi IgG setelah pemberian booster/dosis lanjutan dari 1792 menjadi 3746.
4. Vaksin Moderna
Vaksin Moderna termasum booster homolog dan heterolog (dengan vaksin primer AstraZeneca, Pfizer, atau Janssen). Pemberian booster hanya diberikan setengah dosis kepada orang di atas usia 18 tahun. Penyuntikkan juga minimal dilakukan 6 bulan setelah mendapatkan dosis lengkap vaksinasi primer. Adapun kenaikan respons imun antibodi netralisasi sebesar 12,99 kali setelah pemberian dosis booster homolog vaksin Moderna.
5. Vaksin Zifivax
Vaksin Zifovax menjadi booster heterolog yang diberikan dalam dosis penuh kepada orang di atas usia 18 tahun pasca 6 bulan atau lebih dari penguntikkan dosis lengkap vaksinasi primer (Sinovac atau Sinopharm). Peningkatan titer antibodi netralisasi lebih dari 30x pada subjek yang telah mendapatkan dosis primer Sinovac atau Sinopharm.