Suara.com - Hingga kini peneliti dan dokter di seluruh dunia masih terus memantau perkembangan virus corona varian Omicron. Mengutip data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Dokter Spesialis Patologi Klinik dari Siloam Hospitals Semarang, dr. Nalurita Ng. Sp. PK., mengatakan bahwa karakteristik virus varian baru Omicron yang cepat menular temasuk kemampuan virus guna menyebabkan suatu penyakit.
"Varian Omicron menjadi VOC (Varian of Concern) karena sifatnya yang sangat menular dan ada kemungkinan penurunan efektivitas alat diagnostic dan vaksin yang ada sekarang.," tutur dr. Nalurita Ng. Sp. PK., dalam keterangannya, Minggu, (9/1/2022).
Nalurita Ng. mengatakan bahwa varian Omicron menular dengan cepat dan dapat menginfeksi ulang penyintas atau yang sudah mendapatkan dosis vaksin. Meskipun hingga saat ini, resiko rawat inap, gejala berat bahkan kematian akibat Varian Omicron ini tergolong rendah.
"Namun hendaknya kita tetap waspada karena semakin banyak yang kena, semakin tinggi risiko kelompok rentan (lansia, anak2 dan komorbid) untuk terkena, meningkatkan angka keterisian RS, RS penuh, lama2 yang butuh penanganan bisa tidak tertangani," imbuh dokter Nalurita yang kesehariannya berpraktek tetap di Siloam Hospitals Semarang.
Baca Juga: Sering Terjadi Pada Virus Corona Covid-19, Apa Sih Sebenarnya Mutasi Itu?
Sejak ditetapkannya status Pandemi Covid-19 pada Maret 2019, hingga saat ini virus Corona telah mengalami mutasi ke beberapa varian, yaitu Corona varian Alpha, Beta, varian Delta dan yang terkini adalah varian Omicron. Pemeriksaan yang paling ideal untuk mendeteksi infeksi virus Corona sampai saat ini dapat dilakukan dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) atau Swab PCR test. Metode Swab test atau usap digunakan untuk mengambil sampel dari hidung dan tenggorokan.
Sementara itu, penelitian menjelaskan bahwa Varian Omicron lebih dominan di daerah 'Bronchus' tidak seperti varian delta yang lebih dominan di parenkim paru. Dari hal ini bisa diindikasikan betapa varian ini akan keluar menyebar apabila si 'carrier', hanya dengan batuk saja. Dan masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa varian of concern ini tidak berbahaya.
Dokter Spesialis Patologi Klinik dari Siloam Hospitals Semarang, dr. Nalurita Ng. Sp. PK., menjelaskan agar masyarakat memperhatikan MIS-C atau Multisystem Inflammatory Syndrome in Children yaitu kumpulan syndrome akibat COVID-19 pada anak-anak. Angka kejadian memang sedikit tetapi berisiko fatal sampai kematian.
"Ada banyak informasi tentang pengembangan virus yang beredar. Misalnya virus Flurona' yang bukan varian baru dari Corona dan sebenarnya adalah "ko- infeksi" satu sama lainnya. Sedangkan "Delmicron" sendiri juga belum dapat disebut Varian Of Concern menurut para ahli WHO," ungkap dokter Nalurita.
Diakhir sesi edukasi, Nalurita mengingatkan agar masyarakat dapat secara bijak memilih informasi sesuai sumber yang jelas keakuratannya termasuk secara kontinyu menjalankan Protokol Kesehatan 5M + 3T + Vaksinasi dan tentunya hidup sehat dengan konsumsi makanan bergizi dan rutin berolahraga sebagai kunci penting dalam melewati Pandemi.
Baca Juga: Ahli: Tak Sampai 2 Tahun, Varian Omicron Ubah 3 Gejala Utama Virus Corona