Suara.com - Virus corona SARS Cov-2 yang jadi penyebab penyakit infeksi Covid-19 telah bermutasi puluhan kali sejak pertama kali ditemukan pada akhir Desember 2019. Setiap mutasi dari virus tersebut selalu mencuri perhatian para ilmuwan untuk diteliti setiap perubahan biologis yang terjadi pada struktur virus.
Mutasi terakhir dari virus Covid-19 yang mencuri perhatian yakni omicron varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan pertengahan November lalu. Mutasi sebenarnya menjadi salah satu cara virus untuk bisa bertahan hidup.
Dalam ilmu biologi, istilah mutasi juga tidak banya digunakan untuk virus. Tapi, juga bisa saja terjadi pada makhluk hidup lain termasuk manusia.
Dikutip dari Ruang Guru, mutasi adalah perubahan yang terjadi pada urutan nukleotida. Jika perubahan nukleotida terjadi di suatu gen, maka disebut mutasi gen atau mutasi genetik. Sedangkan, jika perubahannya pada struktur atau jumlah kromosom, maka disebut mutasi kromosom.

Perubahan tersebut dapat terjadi pada taraf urutan gen (disebut juga mutasi gen) maupun pada urutan urutan kromosom. Sebenarnya, peluang terjadinya mutasi di alam cukup langka.
Setiap jenis keragaman memiliki probabilitas yang berbeda. Misalnya, mutasi kromosom pada penyakit kelainan sindrom dengan peluang 1:1.300. Maupun mutasi paling langka yakni sindrom KAT6A yang hanya dimiliki oleh 150 orang di dunia sepanjang sejarah.
Klasifikasi Mutasi
Akibat mutasi, terjadi perubahan pada bahan genetik, baik DNA maupun RNA. Berdasarkan klasifikasinya, mutasi dibagi menjadi beberapa jenis, di antaranya:
1. Mutasi Berdasarkan Jenis Sel
Baca Juga: Terus Bertambah, Pasien Positif Covid-19 Di RSD Wisma Atlet Kini 1.798 Orang
- Mutasi somatis yang terjadi pada sel somatik, yaitu sel tubuh seperti sel kulit. Mutasi ini tidak akan mempengaruhi keturunannya.
- Mutasi gametik terjadi pada sel gamet, yaitu sel reproduksi yang meliputi sperma dan ovum pada manusia. Oleh sebab itu, mutasi ini terjadi akibat faktor keturunan.
2. Mutasi Berdasarkan Cara yang Terjadi