Lonjakan Kasus Covid-19 di Amerika Serikat Bikin Staf Rumah Sakit Kelelahan

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Sabtu, 08 Januari 2022 | 22:26 WIB
Lonjakan Kasus Covid-19 di Amerika Serikat Bikin Staf Rumah Sakit Kelelahan
Ilustrasi rumah sakit. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peningkatan kasus Covid-19 di Amerika Serikat membuat pasien rawat inap di rumah sakit meningkat.

Dampaknya, rumah sakit di hampir setengah negara bagian AS menunda operasi yang tak mendesak, sebuah indikasi adanya tekanan pada sektor perawatan kesehatan yang kehilangan sekitar 3.100 pekerja.

Beberapa dokter dan perawat menyatakan frustrasi atas lonjakan pasien yang tidak divaksin.

Mereka mengatakan tidak dapat memahami mengapa seseorang mengabaikan saran dokter untuk divaksin tetapi kemudian mencari bantuan profesional medis setelah sakit karena COVID-19.

Baca Juga: Kasus COVID-19 di Spanyol Meningkat, Populasi Lansia Dalam Ancaman

Ilustrasi Covid-19.(Pixabay/fernandozhiminaicela)
Ilustrasi Covid-19.(Pixabay/fernandozhiminaicela)

"Banyak dari pasien ini mengalami kematian yang tak perlu (terjadi)," kata Lynne Kokoczka, spesialis perawat klinis di unit perawatan intensif di Klinik Cleveland di Ohio, mengutip ANTARA.

Sembilan puluh persen pasien di ruang perawatan intensif dengan ventilasi mekanis di Klinik Cleveland tidak divaksin, kata Dr. Hassan Khouli, ketua departemen pengobatan perawatan kritis di pusat medis akademik.

"Ini benar-benar membebani tim kami, kelelahan menjadi perhatian utama," kata Khouli.

Sementara banyak sekolah telah berjanji untuk melanjutkan pembelajaran langsung, beberapa sekolah ditutup karena kasus meningkat. Di Chicago --sistem sekolah umum terbesar ketiga di AS-- sekolah ditutup untuk hari ketiga pada Jumat di tengah pemogokan guru yang memprotes perlindungan COVID-19.

Para pejabat terus mendesak vaksinasi sebagai perlindungan terbaik terhadap penyakit serius, meskipun mandat federal yang mengharuskannya menjadi perdebatan politik.

Baca Juga: Meksiko Izinkan Penggunaan Dua Obat COVID-19, Molnupiravir dan Paxlovid

Dalam uji materi yang diawasi dengan ketat atas mandat itu, hakim Mahkamah Agung AS yang konservatif pada Jumat mempertanyakan persyaratan vaksin atau tes COVID yang diputuskan Presiden Joe Biden untuk bisnis besar. Tapi hakim itu tampak lebih menerima mandat tersebut untuk fasilitas perawatan kesehatan pada saat melonjaknya infeksi COVID-19.

Staf Citigroup Inc AS yang belum divaksin untuk melawan COVID-19 pada 14 Januari akan diberi cuti di luar tanggungan dan dipecat pada akhir bulan kecuali mereka diberi pengecualian vaksin, sebuah sumber mengatakan kepada Reuters pada Jumat.

Hochul mengatakan New York akan menjadi negara bagian pertama yang mewajibkan suntikan penguat bagi petugas kesehatan, sambil menunggu persetujuan dari dewan perencanaan kesehatan negara bagian. Ia mengatakan booster diperlukan agar perawat tetap sehat dan mampu bekerja. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI