Populasi di Greenland Tidak Punya Enzim yang Dapat Memproses Gula

Cesar Uji Tawakal | Rosiana Chozanah
Populasi di Greenland Tidak Punya Enzim yang Dapat Memproses Gula
Ilustrasi Greenland (Pixabay/Thomas_Ritter)

Untuk memahami arti hilangnya fungsi enzim ini, sekelompok peneliti menganalisis kesehatan ribuan orang Greenland.

Suara.com - Selama ribuan tahun, masyarakat di Greenland mengonsumsi makanan yang relatif bebas gula, Tanpa perlu memproses karbohidrat tertentu dengan cepat, banyak dari mereka yang kehilangan fungsi enzim pemroses sukrosa.

Untuk memahami arti hilangnya fungsi enzim ini, sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Universitas Kopenhagen menganalisis kesehatan ribuan orang Greenland.

Gen yang menjadi pusat penelitian menghasilkan enzim sucrase-isomaltase, lapor Science Alert.

Pada titik tertentu, gen ini bermutasi hingga tidak lagi bisa berfungsi. Sekarang, lebih dari sepertiga keturunannya memiliki setidaknya satu dari mutasi gen yang rusak ini.

Baca Juga: Klinik Diabetes Terpadu: Inovasi Pelayanan Holistik untuk Pasien Diabetes di Indonesia

Bagi kita yang memiliki enzim ini, lokasinya berada di dinding usus, di mana enzim mencerna karbohidrat makanan seperti sukrosa dan isomaltosa.

Ilustrasi populasi Greenland (Shutterstock)

Hasil penelitian sebelumnya pada anak-anak, enzim penyerap gula ini diperlukan untuk kesehatan. Tanpa ini konsumsi makanan manis dalam jumlah banyak dapat menyebabkan diare, iritasi usus, dan muntah.

Dalam studi ini, peneliti menilai tingkat kimia, darah, pola makan, dan riwayat diabetes terhadap 6.000 sukarelawan Greenland, bersama dengan studi gen mereka.

Anehnya, ketika anak-anak dilaporkan mengalami reaksi parah saat mengonsumsi gula hingga memengaruhi hidup mereka, hasilnya tidak sama pada orang dewasa.

Satu kelompok dalam populasi penelitian juga menunjukkan tingkat bahan kimia asetat, asam lemak rantai pendek yang dikaitkan dengan nafsu makan yang lebih rendah.

Baca Juga: Hari Diabetes Sedunia 2024: Ini Penyebab Usia 30-an Terkena 'Penyakit Gula', Bisa Disembuhkan?

Dari eksperimen tikus yang direkayasa agar tubuhnya dapat menahan penyerapan sukrosa juga menunjukkan bahwa tikus menyimpan lebih sedikit lemak saat diberi makanan kaya energi.

Apakah pengetahuan ini dapat menginformasikan terapi melawan lemak untuk generasi masa depan masih sulit diketahui.

Studi lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya mengeksplorasi dampak dari penghambatan bentuk fungsional sucrase-isomaltase dalam usus orang-orang yang membutuhkan terapi untuk mengelola pencernaan gula.