Suara.com - Sejumlah mantan pasien Covid-19 yang sudah sembuh mengeluhkan kesulitan untuk tidur alias insomnia.
Sehingga insomnia, covid somnia ataupun corona somnia jadi salah satu gejala post-covid syndrome atau long Covid-19 yang harus diwaspadai.
Kejadian insomnia bagi penyintas Covid-19 ini, tidak lepas dari perubahan pola hidup yang drastis. Seperti anak sebagai siswa dan pekerja yang melakukan kegiatannya dari jarak jauh, yakni work from home dan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Termasuk juga banyak orang kehilangan pekerjaan, hingga kehilangan anggota keluarga karena infeksi Covid-19.

"Belum lagi adanya ketidakpastian sosial ekonomi yang berkesinambungan. Oleh karenanya, tidak mengherankan apabila seseorang mengalami kesulitan tidur, dengan begitu banyak beban dan kecemasan yang datang secara simultan," jelas dr. Leonardi A. Goenawan, Spkj Spesialis Kedokteran Jiwa, RSPI Puri Indah.
Berikut ini tidak penyabab terjadinya gangguan tidur menurut dr. Leonardi, mengutip siaran pers RSPI Group, Sabtu (8/1/2022).
1. Meningkatnya Stres
Stres emosional akibat pandemi dapat mengubah arsitektur tidur, memperpendek durasi gelombang lambat yang bersifat restoratif, meningkatkan REM (rapid eye movement), dan cenderung membuat seseorang lebih sering terbangun di malam hari.
Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa kondisi ini dapat tetap terjadi selama dua tahun setelah seseorang mengalami tekanan emosional yang berat seperti pada pandemi ini.
Baca Juga: Susah Tidur? Simak 7 Tips Mengatasi Insomnia
Stres juga akan meningkatkan kadar kortisol, suatu hormon yang bekerja berlawanan dengan melatonin, yaitu hormon yang bertanggung jawab untuk kualitas tidur.