Suara.com - Kebijakan tegas dilakukan oleh jaringan rumah sakit Mayo Clinic di Amerika Serikat, terkait vaksinasi Covid-19 untuk para pegawai.
Dalam pernyataannya kepada media, Mayo Clinic menyebut telah melakukan penindakan tegas kepada 700 pegawai yang menolak mendapatkan vaksinasi Covid-19 berupa pemecatan.
"Hampir 99 persen pegawai di seluruh jaringan rumah sakit Mayo Clinic mau mengikuti peraturan yang diberikan terkait vaksinasi Covid-19," tulis pernyatan rumah sakit, dilansir NBC News.
Mayo Clinic diketahui memiliki lebih dari 73.000 pekerja di seluruh Amerika Serikat. Sementara itu, diperkirakan 1 persen atau sekitar 700 persen pegawai akan diputuskan kontrak kerjanya karena tidak mau divaksinasi.
Baca Juga: Syarat dan Kriteria Penerima Vaksin Booster Gratis Mulai 12 Januari 2022
Para pegawai diberikan waktu untuk mengikuti peraturan yang berlaku, dalam hal ini mendapatkan suntikan dosis pertama vaksin Covid-19, atau memberikan keterangan resmi terkait alasan keagamaan atau medis untuk tidak boleh disuntik.
Mayo Clinic mengatakan para pegawai yang menolak vaksinasi karena alasan keagamaan tidak akan dipersulit untuk mendapatkan pengecualian dari vaksinasi.
"Mayo Clinic tentu saja sedih karena kehilangan banyak pegawai yang berharga. Namun kami perlu menjaga kepercayaan diberikan oleh para pasien, pengunjung, dan komunitas, dan memastikan mereka aman," tulis Mayo Clinic dalam pernyatannya.
Meski begitu, para pegawai yang dipecat bisa kembali mendapatkan pekerjaannya jika menyertakan sertifikat vaksin.
"Jika para pegawai yang diberhentikan mau mengikuti kebijakan vaksinasi Mayo Clinic, pegawai tersebut sangat disarankan kembali menghubungi kami dan mendapatkan posisinya kembali," tulis Mayo Clicic.
Baca Juga: Masih Ada Warga yang Menolak Anaknya Divaksin COVID-19 karena Termakan Hoaks
Kebijakan pemutusan hubungan kerja ini mendapat tantangan keras dari kelompok konservatif di Amerika Serikat. Salah satunya adalah Peggy Bennet, anggota partai Republican dari wilayah Minnesota.
Ia mengatakan ini kebijakan ini akan mencederai nama baik Mayo Clicic sebagai salah satu fasilitas kesehatan rujukan ternama di Amerika Serikat. Sebab menurutnya, pilihan pribadi atas kesehatan tidak seharusnya membuat orang kehilangan pekerjaan.
"Tidak semua orang menolak vaksinasi karena tidak percaya dengan virus Corona. Orang seharusnya diperbolehkan mengambil keputusan pribadi terkait risiko dan manfaat kesehatan yang diambil, tanpa harus dipaksa," ujarnya.
Pernyataan Peggy Bennet mendapat tanggapan balik dari Mayo Clicic. Melalui keterangan tertulis tambahan, Mayo Clicic mengatakan vaksinasi wajib karena potensi manfaatnya lebih tinggi daripada risiko yang ditimbulkan.
"Berdasarkan data ilmiah, vaksinasi menurunkan risiko orang mendapatkan perawatan di rumah sakit karena Covid-19. Ini tentunya menjadi pertimbangan penting karena pasien-pasien di fasilitas kesehatan kami ada yang memiliki risiko kompikasi, yang bisa membahayakan nyawa mereka jika tidak mendapatkan perlindungan tambahan dari vaksinasi," tegasnya.