Suara.com - Kasus Covid-19 di Indonesia mulai terjadi peningkatan seiring selesainya musim liburan pergantian tahun.
Data Satgas Covid-19 per 4 Januari 2022, mencatat kasus positif Covid-19!mingguan mencapai 1.409, dari sebelumnya hanya 1.215 kasus.
Meski demikian, pemerintah meyakinkan bahwa kenaikan kasus positif itu bukan pertanda adanya gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia yang mulai terjadi.
Menurut Epidemiolog Universitas Griffith Australia dr. Dicky Budiman, laju kenaikan kasus tahun ini akan berbeda dengan gelombang pertama dan kedua yang terjadi pada 2021 lalu.
Baca Juga: Meningkat Lagi, Kasus Aktif Covid-19 di Babel Jadi 13 Orang
Kondisi itu terjadi karena adanya kemunculan virus corona varian omicron.
"Omicron ini lahir atau terjadi di tengah jumlah orang yang memiliki imunitas terhadap Covid-19 jauh lebih banyak. Sehingga terkesan dampaknya memang banyak tidak bergejala."
"Mungkin di atas 80 persen kasusnya akan seperti itu. Inilah yang membuat kenapa lonjakan ini akan pelan munculnya, perlahan sekali," kata dokter Dicky, dihubungi Suara.com, Kamis (6/1/2022).
Oleh sebab itu, lonjakan kasus positif di Indonesia kemungkinan belum akan terjadi pada bulan ini. Tetapi, dokter Dicky menekankan, bukan berarti gelombang ketiga tidak akan terjadi.
Menurutnya, lonjakan kasus pasca-libur pergantian tahun dan akibat paparan varian omicron akan lebih lambat terlihat.
Baca Juga: Kasus Aktif Covid-19 Di Jakarta Mulai Naik, Anies Ingatkan Warga DKI Tingkatkan Prokes
"Prediksi saya baru awal Maret lebih terlihat jelas atau akhir Februari,"
Ia juga memperkirakan kalau lonjakan kasus mungkin saja lebih banyak dibandingkan dengan gelombang kedua pada Juli lalu yang disebabkan paparan varian delta. Ketika itu, kasus positif baru mencapai rekor terbanyak hingga lebih dari 56 ribu per hari.
Sementara lonjakan kasus akibat varian omicron diperkirakan akan lebih dari itu. Hanya saja belum tentu bisa ditemukan dengan jumlah yang pasti karena potensi orang mengalami gejala lebih rendah.
"Kalau bicara jumlah kasus infeksi tentu lebih banyak. Tapi bicara bahwa ini akhirnya bisa kita temukan, masalah lain. Ini dua hal yang berbeda, omicron bahkan bisa 3-5 kali (lebih cepat menular) delta, itu sudah jelas."
"Tapi kasus infeksi yang banyak di masyarakat ini belum tentu bisa ditemukan, belum tentu bisa kita laporkan. Juga karena ini bicara kapasitas deteksi, ini dua hal yang berbeda," paparnya.
Hingga saat ini, penularan Covid-19 di Indonesia memang masih didominasi oleh varian delta, data pada situs GISAID.
Namun, pada pertengahan tahun ini, dokter Dicky memprediksi varian omicron akan mengambil alih sebagian besar kasus infeksi Covid-19.