Suara.com - Anak sebagai generasi penerus membutuhkan lingkungan yang sehat agar tumbuh kembangnya bisa berlangsung optimal. Sayangnya, di beberapa wilayah termasuk di Indonesia, memiliki kualitas udara yang terbilang tidak sehat, bahkan ada yang masuk dalam kategori berbahaya. Hal ini tentu saja bisa menyebabkan masalah kesehatan, terutama pada bayi yang sistem kekebalan tubuhnya masih sangat rentan.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa bayi yang tinggal di daerah dengan udara tercemar memiliki risiko sampai 50 persen meninggal lebih cepat. Bahkan bayi yang belum genap setahun disebut berisiko tidak mencapai usia 1 tahun.
Tak hanya itu saja, penelitian juga memperlihatkan bahwa ibu hamil yang yang terpapar polusi udara juga berisiko mengalami peningkatan risiko bayi mereka lahir terlalu kecil (berat lahir rendah) atau terlalu dini (kelahiran prematur).
Dalam hal ini, dr. Darrell Fernando, Sp.OG dari Mayapada Hospital Kuningan, Jakarta, juga menegaskan bahwa ibu hamil memang memerlukan paparan udara yang bersih untuk mencegah berbagai risiko yang bisa muncul akibat polusi udara.
“Belakangan ini kita suka bingung saat melihat kondisi udara, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di kota besar. Ini mendung mau hujan atau polusi udara, ya? Paparan polusi udara, dalam jangka panjang ini memang bisa membahayakan, dan Ibu hamil merupakan kelompok yang rentan terhadap polusi udara,” katanya, mengutip siaran pers yang diterima Suara.com.
Baca Juga: Coway Clean Air Truck Keliling Jabodetabek Gaungkan Udara Bersih
Dijelaskan dr. Darrell Fernando, Sp.OG, dampak polusi udara dan kehamilan ini bisa menyebabkan terjadinya peradangan plasenta, gangguan fungsi DNA, gangguan darah dan radikal bebas, gangguan sirkulasi plasenta, gangguan paru pada ibu.
“Jika semua ini terjadi, tentu dampaknya akan banyak, pada janin bisa terjadi persalinan prematuritas, pertumbuhan janin terhambat, berat lahir yang rendah. Untuk para ibu, bisa berisiko alami preeklamsia, hipertensi pada kehamilan, stres, sedangkan pada anak bisa berisiko menyebabkan kecerdasan berkurang, gangguan perilaku, autisme atau hiperaktif. Ini sudah banyak penelitian yang mendukungnya,” katanya.
Mengingat dampak yang bisa ditimbulkan, maka diperlukan berbagai upaya pencegahan untuk tidak memperburuk kualitas udara. Diperlukan kesadaran dan perubahan yang perlu dimulai dari diri sendiri.
Untuk mengetahui kualitas udara baik atau tidak memang tidak cukup dilihat dengan mata saja, karena perlu diukur dengan Indeks Kualitas Udara (AQI). Bisa dideteksi dengan berbagai metode seperti menggunakan aplikasi untuk memeriksa AQI di daerah kita atau gunakan air purifier yang memiliki sensor AQI.
“Masa pandemi kita sudah terbiasa pakai masker, ini juga sangat membantu menyaring polusi udara, kurangi aktivitas di luar rumah, pantau kualitas udara di lingkungan, gunakan ventilasi yang baik, kalau kualitas udara sedang jelek tutup pintu dan jendela, gunakan air purifier daan gunakan tanaman yang bisa menyaring tanaman yang bisa menyaring udara,” jelas dr. Darrell lebih lanjut.
Baca Juga: Penggiat Lingkungan Hidup Ingin Tumbuhkan Kesadaran Pentingnya Udara Bersih
Atas dasar kepedulian dan keinginan untuk menciptakan lingkungan yang bersih, di awal tahun 2022 ini, theAsianparent Indonesia bekerja sama dengan ASRI menggagas sebuah kampanye 1 Baby 1 Tree, Selamatkan Rumah Generasi Mendatang.
“Lewat kampanye 1 Baby 1 Tree, Selamatkan Rumah Generasi Mendatang, theAsianparent ingin mengajak semua lapisan masyarakat, khususnya para orang tua untuk terlibat langsung dan melakukan langkah nyata untuk menjaga udara dan lingkungan di kawasan Indonesia sebagai rumah generasi mendatang. theAsianparent Indonesia percaya, langkah kecil bisa membuahkan perubahan besar yang bisa melindungi keluarga di masa depan,” ujar Putri Fitria selaku Head of Growth theAsianparent ID
Sementara Mahardika Putra Purba, S.Hut, M.Sc, Konsultan Program dan Riset ASRI, menjelaskan, “Untuk mengatasi polusi udara tentu kita tidak bisa berpikir sendiri-sendiri, harus berpikir secara holistik. Bagaimana makhluk hidup dan alamnya bisa sehat. Apa yang ASRI kerjakan di Sukadana, Kalimantan, kami mencoba untuk kembali menyadarkan bahwa kehidupan kita terkait dengan alam.”
Tidak hanya yang sekitar atau alam dekat kita saja, bahkan juga alam yang letaknya jauh. Misalnya, untuk masyarakat yang tinggal di Jakarta, kualitas udaranya yang buruk akan dibantu diserap hutan di Kalimantan, pun jika hutan di Kalimantan rusak juga akan terasa di kota lainnya.”
Lewat kampanye ini, theAsianparent dan ASRI akan memberikan bibit pohon yang akan ditanam di hutan terdegradasi di Kalimantan Barat. Lengkap dengan proses penanaman (planting) dan perawatan (growing) untuk para pengguna aplikasi theAsianparent yang memenuhi syarat tanpa dikenakan biaya. Bagi yang tergabung dalam program 1 Baby 1 Tree juga akan mendapatkan sertifikat.
Untuk para ibu hamil dengan HPL (hari perkiraan lahir) di bulan Januari dan Februari 2022, bisa berpartisipasi dengan mendaftarkan diri mengikuti campaign 1 Baby 1 Tree dengan mengisi data di https://form.theasianparent.com/1baby1tree.
Program ini merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya udara bersih dan usaha untuk membantu mengurangi polusi udara di kawasan Indonesia. Jika tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi?