Bukan Jadi Ranking 1, Ini yang Lebih Didambakan Mayoritas Pelajar Indonesia

Selasa, 04 Januari 2022 | 17:34 WIB
Bukan Jadi Ranking 1, Ini yang Lebih Didambakan Mayoritas Pelajar Indonesia
Ilustrasi ranking 1 (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak yang berpikir bahwa nilai sekolah yang tinggi merupakan salah satu modal sukses di kemudian hari. Tapi hasil riset mengatakan, siswa lebih terinspirasi dari hidup orang seimbang, antara kesenangan dan akademis.

Lewat riset dilakukan Ruang Guru terhadap lebih dari 360 responden di seluruh Indonesia, banyak dari mereka mengakui pendidikan memang penting, tapi nilai sekolah tidak menjamin masa depan yang lebih baik.

Dikatakan VP Marketing Ruang Guru Ignatius Untung Surapati, bagi banyak responden, menjadi juara adalah saat mampu membuat perubahan yang lebih baik dalam hidup mereka.

Itulah sebabnya, hanya 8,26 persen responden yang mengaku terinspirasi dengan temannya yang selalu meraih ranking 1 di kelas.

Baca Juga: Bantu Warga dari Sisi Transportasi, Pemkot Palu Operasikan 9 Bus Sekolah

Sedangkan sebanyak 40,77 persen responden, lebih terinspirasi pada orang yang bisa menjalani hal menyenangkan, tapi juga tidak meninggalkan tanggung jawab belajar atau akademis.

"Kami mengerti bahwa kesuksesan dan prestasi
memiliki keanekaragaman makna, dan senantiasa dijadikan sebagai cerminan atau refleksi nilai diri setiap pribadi," ungkap Ignatius dalam konferensi pers Ini Baru Juara, Selasa (4/1/2022).

Tapi sayangnya, kata Ignatius, hasil riset justru menunjukan mayoritas responden menganggap sistem pendidikan Indonesia kerap lebih berpihak pada pelajar yang memiliki rangking atas.

Di sisi lain responden juga sangat senang, apabila pendidik mau merangkul semua pelajar tanpa membeda-bedakan, dan mengajarkan materi dengan menyenangkan.

"Oleh karena itu, fungsi nilai akademis dan ranking seharusnya hanya sebatas tolok ukur pemahaman materi dan menjadi landasan strategi sistem pendidikan dalam mengatur program studi."

Baca Juga: Jepang Resmikan Sekolah Esports Pertama di Tokyo

"Seharusnya, pendidikan bukan sebagai patokan penilaian kesuksesan dan standar prestasi siswa yang bersifat final," tutup Ignatius.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI