Suara.com - Pandemi Covid-19 belum menunjukkan tanda akan berakhir hingga penghujung Desember 2021. Kasus harian di seluruh dunia justru pecah rekor mencapai 1,5 juta kasus per hari pada Kamis (30/12).
Tepat dua tahun lalu, 31 Desember 2019, Li, seorang dokter mata di rumah sakit di Wuhan menyebarkan laporan medis yang menunjukkan potensi kasus virus corona SARS di kota tersebut ke akun media sosial.
Baru pada Januari 2020, kasus virus corona tersebut mendapat perhatian Organisasi Kesehtan Dunia (WHO). Bahkan dikabarkan telah menyebar ke berbagai negara.
Perkembangan kasus Covid-19 di seluruh dunia sejak 2020 terus terjadi naik turun. Khusus artikel ini, suara.com merangkum kilas balik kondisi pandemi Covid-19 secara global selama 2021.
Baca Juga: Hits Health: Pelancong Sebabkan Omicron Masuk Ke Indonesia, Perawatan Bayi Prematur
Diharapkan dengan kilas balik ini bisa menjadi refleksi untuk lebih disiplin menjaga diri agar terhindar dari penularan virus corona.
1. Kampanye Vaksin Covid-19
Vaksinasi Covid-19 sebenarnya telah dilakukan sejak Desember 2020. Namun ketika itu, masyarakat global masih ragu dengan kualitas vaksin Covid-19 karena dibuat terlalu cepat.
Kampanye vaksin pun dilakukan secara global dan makin masif pada Januari 2020. Inggris sebagai salah satu negara yang pertama kali menyuntikkan vaksin Covid-19 ke warganya sampai melibatkan Ratu Elizabeth untuk turun langsung melakukan kampanye vaksin.
2. Kasus Covid-19 di Dunia Capai 100 Juta Pertama
Baca Juga: Varian Omicron vs Delta vs Flu Biasa, Ini Perbedaan Semua Gejalanya!
Selama kurang lebih 13 bulan virus corona SARS Cov-2 menyebar ke seluruh dunia, capaian kasusnya telah mencapai 100 juta pada 26 Januari 2021. Ketika itu, jumlah kasus didominasi Amerika Serikat, India, Brasil, Rusia, dan Inggris.
Namun, 100 juta kasus kedua ternyata lebih cepat terjadi. Hanya dalam enam bulan, total kasus Covid-19 menjadi 200 juta pada awal Agustus.
3. Penemuan Obat
Para peneliti di Universitas Oxford menemukan bahwa perawatan asma bisa mengurangi potensi rawat inap dan pemulihan lebih cepat bagi pasien Covid-19. Obat disarankan diberikan dalam waktu tujuh hari setelah gejala muncul.
Data awal dari penelitian itu menemukan relawan yang diobati dengan budesonide memiliki resolusi demam yang lebih cepat dan gejala persisten lebih sedikit.
Pulmicort pernah menjadi obat blockbuster untuk pembuat vaksin virus corona AstraZeneca, yang sekarang menawarkan obat yang lebih baru, Symbicort, sebagai pengobatan alternatif asma.
4. Kemunculan Varian Delta
Varian delta ditemukan pertama kali di India sekitar April-Mei 2021, akibat lonjakan kasus di negara tersebut yang terjadi pada akhir Maret 2021.
WHO ketika itu belum menetapkan nama varian virus corona dengan alfabet Yunani. Sehingga masih dikenal dengan varian B.1617 dari India. Pada pertengahan Mei, WHO menetapkan mutasi virus dari India itu menjadi perhatian dunia atau variant of concern.
Pada awal Juni, kasus di India mulai turun meski anka kematiannya masih tinggi. Varian delta juga mulai terdeteksi di berbagai negara, termasuk di Indonesia yang pada akhirnya menyebabkan lonjakan kasus pada Juli 2021.
5. WHO Umumkan Nama Baru Setiap Varian Covid-19
WHO mengubah nama setiap varian virus corona SARS Cov-2. Sebelumnya, berbagai varian dilabeli dengan angka, kemudian diubah berdasarkan alfabet Yunani agar lebih mudah dilafalkan.
Ada empat varian pertama yang namanya doubah WHO karena dianggap paling mengkhawatirkan oleh badan PBB. Yakni, varian dari Inggris, Afrika Selatan, Brasil, dan India. Keempat varian virus corona itu masing-masing berubah menjadi Alpha, Beta, Gamma, dan Delta, disesuaikan dengan urutan penemuannya.
Pilihan alfabet Yunani ditetapkan setelah musyawarah dilakukan selama berbulan-bulan. Sempat kemungkinan nama lain seperti Dewa Yunani dan nama pseudo-klasik dipertimbangkan oleh para ahli, menurut ahli bakteriologi Mark Pallen yang terlibat dalam pembicaraan tersebut.
Tetapi nama-nama itu banyak yang sudah menjadi brand, perusahaan, atau nama asing.
6. Rencana Vaksinasi Booster
Kemunculan berbagai varian virus corona membuat para ahli khawatir efektivitas vaksin menurun. Karenanya, diluncurkan rencana program booster atau dosis ketiga vaksin Covid-19, terutama di negara Eropa dan Amerika Serikat.
Namun rencana itu tidak didukung WHO karena masih banyak negara miskin yang belum melakukan suntikan dosis awal vaksin Covid-19 akibat kekurangan stok. WHO mendesak agar para negara kaya mau berbagi dahulu stok vaksin dengan negara lain sebelum menjalankan program booster.
Amerika Serikat termasuk negara pertama yang lakukan vaksinasi booster, sekitar Oktober lalu. Saat itu WHO masih mengecam tindakan tersebut.
Saat ini, pada awal Desember lalu, WHO telah menyerukan perlunya suntikan ketiga vaksin untuk memperkuat antibodi karena adanya temuan varian omicron. Namun, WHO tetap menekankan agar distribusi vaksin diprioritaskan pada negara yang cakupan vaksinasi dosis awalnya masih rendah.
7. Terdeteksi Varian Omicron di Afrika Selatan
Penghujung pandemi 2021 dibuat ramai akibat kemunculan varian baru di Afrika Selatan yang diumumkan secara global pada 26 November. Sejak hari itu, varian omicron telah menyebar ke 115 negara dengan jumlah kasus sekitar 200 ribu.
Dari penelitian sementara, varian omicron terbukti lebih cepat menular dan mampu menghindari kerja vaksin. Meski begitu, tidak menimbulkan keparahan penyakit seperti delta.
Di sisi lain, varian delta masih mendominasi di banyak negara. Sehingga diperkirakan keberadaan delta dan omicron menjadi ancaman dalam penanganan pandemi Covid-19 tahun 2022.