Ancaman Varian Omicron di Akhir Tahun, Ini Respons Negara-negara Dunia

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 30 Desember 2021 | 18:04 WIB
Ancaman Varian Omicron di Akhir Tahun, Ini Respons Negara-negara Dunia
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Virus Corona varian Omicron menjadi ancaman di akhir tahun 2021, saat negara-negara dunia perlahan bangkit dari efek pandemi COVID-19.

Varian Omicron, yang disebut lebih cepat menular dibandingkan varian Delta, meningkatkan jumlah kasus COVID-19 di benua Afrika, Eropa, dan Amerika.

Negara-negara dunia pun mengambil sikap, dengan sebagian besar di antaranya berencana kembali melakukan lockdown untuk membatasi pergerakan masyarakat dan mencegah penyebaran virus.

Spanyol pada Rabu (29/12) mengurangi masa karantina dari 10 hari menjadi tujuh hari, sementara Italia berencana melonggarkan aturan isolasi bagi mereka yang melakukan kontak erat dengan penderita virus.

Baca Juga: Ada Varian Omicron, Italia Malah Longgarkan Aturan Isolasi dan Karantina

Suasana kafe dan restoran yang kosong di Melbourne, Australia, pada (16/7/2021). [ASANKA BRENDON RATNAYAKE / AFP]
Suasana kafe dan restoran yang kosong di Melbourne, Australia, pada (16/7/2021). [ASANKA BRENDON RATNAYAKE / AFP]

Awal pekan ini otoritas kesehatan Amerika Serikat merilis panduan baru yang memperpendek periode isolasi untuk orang yang terinfeksi menjadi lima hari dari 10 hari, selama mereka tidak menunjukkan gejala.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengatakan kepada anggota parlemen Prancis tentang peningkatan kasus yang "memusingkan", dengan 208.000 kasus dilaporkan dalam waktu 24 jam---yang merupakan rekor nasional dan Eropa.

Inggris, Italia, Spanyol, Portugal, Yunani, Siprus, dan Malta mencatat rekor jumlah kasus baru pada Selasa (28/12), sementara jumlah rata-rata tujuh hari kasus harian baru di AS mencapai rekor 258.312 kasus, menurut hitungan Reuters pada Rabu (29/12).

Puncak sebelumnya adalah 250.141 kasus yang tercatat pada Januari lalu.

"Saya sangat prihatin bahwa Omicron, yang sangat menular dan menyebar pada saat yang sama dengan Delta, menyebabkan tsunami kasus," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam jumpa pers.

Baca Juga: WHO: Dua Obat Antivirus Lebih Efektif Lawan Virus Corona Covid-19

Angka Kematian dan Rawat Inap Rendah

Meskipun infeksi virus corona melonjak, angka kematian dan rawat inap relatif rendah, kata Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) Rochelle Walensky pada Rabu.

Sementara rata-rata kasus harian tujuh hari saat ini adalah sekitar 240.400, atau naik 60 persen dibandingkan minggu sebelumnya, tingkat rawat inap untuk periode yang sama naik hanya 14 persen menjadi sekitar 9.000 per hari selama periode yang sama.

Kematian turun sekitar 7 persen menjadi 1.100 per hari, kata Walensky.

Skenario Pemerintah Hadapi Peningkatan Varian Omicron
Skenario Pemerintah Hadapi Peningkatan Varian Omicron

Beberapa ahli penyakit mempertanyakan aturan baru CDC yang mengurangi separuh periode isolasi untuk infeksi virus corona tanpa gejala, dengan mengatakan lebih banyak infeksi dapat terjadi.

Aturan baru itu tidak mengharuskan pengujian untuk memastikan bahwa seseorang tidak lagi menular sebelum mereka kembali bekerja atau bersosialisasi.

Sementara Inggris melaporkan 183.037 kasus COVID-19 pada Rabu, yang merupakan rekor baru. Irlandia juga melaporkan rekor kasus pada Rabu, dengan lebih dari 16.000 infeksi baru.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan dia tidak akan memberlakukan pembatasan baru di Inggris untuk membatasi penyebaran Omicron, yang sekarang menyumbang 90 persen dari semua infeksi masyarakat, menurut pejabat kesehatan.

Di Australia, tercatat 18.300 kasus baru, melampaui infeksi tertinggi pada Selasa sekitar 11.300 kasus.

Pemerintah sejumlah negara semakin khawatir dengan dampak ekonomi dari sejumlah besar orang yang terpaksa melakukan isolasi mandiri karena pernah melakukan kontak dengan penderita virus corona.

"Kami tidak bisa mengenyahkan orang-orang dari publik karena mereka kebetulan berada di tempat tertentu pada waktu tertentu," kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison kepada wartawan.

Morrison ingin membuat perubahan mendesak pada aturan pengujian COVID-19 untuk mengurangi tekanan pada lokasi-lokasi pengujian.

Dia mengatakan Australia perlu "melakukan sesuatu yang berbeda" untuk mengelola laboratorium yang terbebani dan membebaskan orang-orang dari isolasi.

Sementara Spanyol dan Italia bergerak untuk melonggarkan beberapa aturan isolasi, China tetap pada kebijakan tegasnya dengan mengisolasi 13 juta orang di Xian, di bawah penguncian ketat selama tujuh hari ketika 151 kasus baru dilaporkan pada Selasa.

Sejauh ini, tidak ada kasus di ibu kota Provinsi Shaanxi tengah itu yang terkait Omicron.

"Saya hanya ingin pulang," kata seorang mekanik berusia 32 tahun yang berada di Xian untuk urusan bisnis minggu lalu, ketika kota itu secara efektif ditutup dari dunia luar. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI