Agar Tak Kena Mental, Perhatikan 8 Hal Ini Saat Jalani Program Bayi Tabung

Rabu, 29 Desember 2021 | 19:50 WIB
Agar Tak Kena Mental, Perhatikan 8 Hal Ini Saat Jalani Program Bayi Tabung
Ilustrasi bayi tabung [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) kerap dianggap sebagai jalan terakhir pasangan suami istri yang mendambakan momongan. Akibatnya, bukan hanya membebani fisik, beban mental saat menjalani bayi tabung sangatlah besar.

Apalagi dalam siklus bayi tabung harus melewati masa mendebarkan yang disebut Two Weeks Waiting (TWW) atau periode tunggu, setelah tindakan transfer embrio.

Transfer embrio atau embryo transfer (ET) merupakan suatu teknik pada bayi tabung, yaitu memasukkan embrio (hasil pertemuan sel telur dan sperma di luar rahim) ke dalam rahim perempuan sehat, agar terjadi kehamilan.

"Pada periode tunggu, sebenarnya Anda tidak harus selalu istirahat di tempat tidur atau berbaring sepanjang waktu. Mempertahankan rutinitas normal juga penting untuk mengalihkan pikiran Anda dari waktu dua minggu yang pasti terasa sangat panjang," ujar Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan RS Pondok Indah IVF Centre, dr. Aida Riyanti, Sp.OG-KFER, M.RepSc dalam keterangan yang diterima suara.com, Rabu (29/12/2021).

Baca Juga: Bertemu dengan Orang yang Suka Menghakimi? Inilah 3 Cara Menyikapinya!

Berikut ini tips, tetap tenang dan santai saat jalani proses bayi tabung, sehingga mendapatkan memperoleh buah hati yang diharapkan.

1. Lakukan Kegiatan yang Bikin Santai

Bersikap santai dapat membantu mengatasi emosional yang naik turun yang mungkin kerap dialami. Sangat penting bagi pasangan suami istri untuk meluangkan waktu beristirahat, bersantai, dan memulihkan diri.

"Intinya, lakukan segala hal yang membuat Anda dan suami merasa santai selama menunggu hasil, sambil melakukan hal-hal yang membuat rileks dan berpikir positif. Positive thinking juga sangat penting," terang dr. Aida.

Disarankan juga mengurangi paparan informasi yang belum jelas kebenarannya, atau mengurangi akses media sosial, mungkin dapat membantu suami istri lebih tenang.

Baca Juga: 5 Cara Menghentikan Overthinking, Terapkan dari Sekarang!

2. Patuhi Anjuran Dokter Spesialis

Setelah embrio transfer, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi biasanya akan meresepkan obat-obatan penunjang untuk meningkatkan kemungkinan embrio untuk terimplantasi atau menempel ke rahim.

Sehingga pastikan obat, saran, arahan hingga instruksi dokter harus dilakukan agar dapatkan hasil maksimal selama masa dua minggu penantian tersebut.

"Sebaiknya, hindari melewatkan dosis dan jangan memutuskan untuk menghentikan pengobatan sendiri," tutur dr. Aida.

3. Konsumsi Makanan Gizi Seimbang

Asupan makanan yang baik dengan gizi seimbang merupakan salah satu poin penting yang dapat menyukseskan implantasi embrio pada rahim.

Jika semua berjalan sesuai rencana, di dalam tubuh calon ibu selama 9 bulan ke depan akan tumbuh bayi mungil yang membutuhkan nutrisi yang baik.

Ini saat yang tepat untuk merangkul kebiasaan makan sehat yang direkomendasikan untuk perempuan hamil.

"Idealnya, calon ibu sebaiknya makan berbagai macam buah dan sayuran, serta makanan yang kaya kalsium, protein, vitamin B, dan zat besi," tuturnya.

4. Konsumsi Asam Folat

Beberapa makanan lain yang disarankan untuk dikonsumsi yakni asam folat, karena ibu hamil membutuhkan sekitar 400 mcg per hari untuk mencegah neural tube defect.

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa asam folat dapat mengurangi kemungkinan bayi mengalami celah bibir atau langit-langit, juga dikaitkan dengan risiko cacat jantung bawaan yang lebih rendah pada bayi.

"Asupan asam folat dapat diperoleh dari bayam, asparagus, brokoli, alpukat, tomat, jeruk, lemon, buah bit, kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kacang polong, dan kacang walnut, daging unggas, hati sapi, daging merah, hati ayam, hidangan laut, dan telur," ungkap dr. Aida.

5. Tunda Berhubungan Seksual

Selama dua minggu, massa menunggu embrio berkembang dengan baik di dalam rahim, usai proses transfer embrio.

Sebaiknya menunda lakukan hubungan seksual, dengan cara penetrasi penis ke dalam vagina.

"Meski tidak terbukti secara ilmiah bahwa hubungan intim menjadi kontraindikasi pasca tindakan transfer embrio atau dalam kehamilan, kontraksi rahim akibat orgasme bisa menjadi hal yang mengkhawatirkan," jelas Dokter yang juga Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi RS Pondok Indah Bintaro Jaya

6. Tidak Lakukan Olahraga Intensitas Tinggi

Pasien program bayi tabung direkomendasikan untuk menjalani gaya hidup sehari-hari seperti biasa selama periode tunggu ini.

Meskipun demikian, olahraga dengan intensitas tinggi seperti aerobik, atau berlari sebaiknya tidak dilakukan dulu hingga mendapatkan konfirmasi kehamilan klinis.

"Lebih baik, pilih olahraga dengan intensitas rendah seperti jalan kaki, yoga, dan meditasi dengan durasi 30 menit per hari," kata dr. Aida.

Hal yang pasti harus dihindari sama sekali selama periode tunggu ini adalah merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.

Setelah transfer embrio, rokok dan alkohol dapat memberikan efek yang sangat merugikan pada perkembangan calon bayi.

7. Waspada Gejala Pengganggu

Perempuan yang mengonsumsi obat kesuburan dapat mengalami kondisi yang disebut sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS).

Kondisi ini dapat terjadi ketika tubuh merespons secara dramatis terhadap hormon yang disuntikkan yang digunakan sebagai bagian dari proses IVF.

OHSS dapat menyebabkan gejala seperti sakit perut, perut kembung, mual, muntah. Gejala ini bisa ringan, tetapi juga bisa memburuk dengan sangat cepat jika calon ibu memiliki kasus sindrom yang serius.

"Jadi, apabila Anda tiba-tiba merasakan sakit parah di perut, jangan menunggu terlalu lama. Segera hubungi dokter, maternity counsellor, atau klinik dan jelaskan gejala yang dialami," paparnya.

8. Jangan Buru-buru Tes Kehamilan dengan Test Pack

Lantaran penasaran tidak sedikit pasien bayi tabung, selama masa menunggu 2 minggu berulang kali melakukan tes kehamilan dengan test urine.

Sebaiknya ini jangan dilakukan, karena hanya akan berdampak pada psikologis, dan saat negatif malah cenderung menyalahkan diri sendiri.

Apalagi kata dr. Aida, setelah transfer embrio dilakukan, tubuh membutuhkan waktu untuk sel plasenta mulai memproduksi hormon human chorionic gonadotropin (hCG) agar dapat terdeteksi melalui tes darah, sehingga terdeteksi dalam urine.

Ia juga menjelaskan proses menempel atau tidaknya embrio, akan sangat bergantung pada kualitas embrio dan seberapa reseptif rahim calon ibu.

"Oleh karena itu, tidak ada hal mendasar yang dapat Anda dan suami lakukan yang akan mempengaruhi hasil," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI