Qonita menambahkan bahwa alternatif cemilan lain yang lebih weight-friendly dan bisa dipilih adalah snack bar, cereal cookies rendah gula, roti gandum, olahan ubi/singkong, keripik tempe, biskuit, kacang-kacangan, dan tentunya sayur dan buah-buahan.
5. Ingat untuk Terapkan Mindful Eating
Perayaan natal dan tahun baru tentunya membawa kebahagiaan tersendiri bagi banyak orang dan terkadang juga membuat ‘lupa’ untuk menerapkan mindful eating dan cenderung bebas mengonsumsi apapun.
Menurut Qonita, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan. Pertama, pahami rasa lapar yang disampaikan sinyal tubuh, makanlah jika memang dalam kondisi lapar perut dan bukan hanya lapar mata.
Lalu, makan secara perlahan, nikmati makanan yang disantap, juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta. Makan secara perlahan dapat membantu proses metabolisme yang lebih baik. Sebisa mungkin juga hindarkan distraksi saat makan seperti handphone, TV, dll agar tubuh juga lebih baik dalam mengenali rasa kenyang sehingga terhindar dari makan berlebihan.
6. Hindari Konsumsi Alkohol
Hindari alkohol terutama pada saat perut kosong. Alkohol justru dapat meningkatkan nafsu makan dan mengurangi kemampuan tubuh untuk mengontrol apa yang akan dimakan. Hal ini tentunya bisa meningkatkan risiko over-eating ya!
7. Jangan Lupa Aktivitas Fisik
Nah, tips terakhir ini tentang aktivitas fisik yang sering banget dilupakan pada momen-momen perayaan natal dan tahun baru. Padahal, aktivitas fisik dan olahraga sangat penting untuk menjaga keseimbangan energi dan mencegah surplus kalori yang merupakan cikal bakal munculnya obesitas.
“Saat perayaan natal dan tahun baru, lakukan aktivitas fisik atau gerak tubuh ringan yang tetap mengasyikkan dan bisa dilakukan bersama keluarga, misalnya dansa bersama atau senam bersama selama 30 menit. Bisa juga dengan bentuk permainan ya, seperti lompat tali, gobak sodor, dan lain sebagainya. Selain dapat meningkatkan risiko obesitas, ternyata kurang gerak atau sedentary dapat mengurangi tekanan pada tulang serta pembentukan tulang baru dan berakibat meningkatnya risiko osteoporosis. Jadi, walau liburan, tetap gerak, ya!” tutup Qonita.