Waspadai Infeksi Parah Varian Omicron, Satu Gejala Ini Bisa Bertahan selama 13 Hari!

Sabtu, 25 Desember 2021 | 10:53 WIB
Waspadai Infeksi Parah Varian Omicron, Satu Gejala Ini Bisa Bertahan selama 13 Hari!
Ilustrasi Sesak Napas (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejauh ini, varian Omicron terlihat berkembang cukup pesat di seluruh dunia. Para ahli pun terus berusaha mencari tahu dampak buruk dari varian baru virus corona tersebut.

Tetapi, bukti yang ditemukan sejauh ini masih bersifat anekdot. Berdasarkan data yang tersedia, infeksi parah akibat varian Omicron bisa menyebabkan gejala sesak napas yang bertahan selama 13 hari.

Tapi, para ahli mencatat bahwa sesak napas akibat varian Omicron mungkin lebih umum terjadi pada mereka yang belum suntik vaksin Covid-19.

Sebelum ini, para ahli mencoba mempelajari sifat varian Omicron dengan cara membedakannya dari varian virus corona sebelumnya.

Baca Juga: RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Kini Punya Alat Canggih Operasi Jantung

Data awal menunjukkan bahwa beberapa gejala varian Omicron mungkin berbeda, tetapi para ahli masih berupaya untuk menentukan perubahan ini memiliki signifikansi besar.

Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)

Asuransi kesehatan Afrika Selatan mengatakan bahwa tenggorokan gatal dan sakit, hidung tersumbat, batuk kering dan nyeri otot di punggung bawah merupakan gejala umum varian Omicron.

Lalu, laporan lain menunjukkan varian Omicron juga bisa menyebabkan sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, bersin dan keringat malam.

Dalam kasus yang lebih jarang terjadi, varian Omicron pun bisa menyebabkan sesak napas yang bisa terjadi di antara orang yang belum vaksinasi.

Gejala sesak napas ini bisa berlangsung selama 13 hari, yang juga dikaitkan dengan kasus infeksi varian Omicron parah.

Baca Juga: 4 Manfaat Cokelat Hitam bagi Kesehatan, Bisa Turunkan Risiko Diabetes!

Temuan ini sangat penting karena mengingat laporan terbaru yang dirilis oleh Imperial College awal pekan ini menyatakan varian Omicron bisa menimbulkan reaksi separah varian Delta, itu bertentangan dengan kebanyakan laporan yang menyatakan varian Omicron hanya menyebabkan reaksi ringan.

"Studi ini tidak memberikan bukti tingkat keparahan infeksi varian Omicron yang lebih rendah dibandingkan varian Delta," kata peneliti dikutip dari Express.

Menurut Dr Clark -Cutaia, gejala varian Omicron berbeda karena tergantung pada seseorang sudah suntik vaksin Covid-19 atau belum.

Dr Clark-Cutaia menjelaskan orang yang tidak vaksinasi bisa mengalami sesak napas, batuk, dan gejala mirip flu biasa lainnya yang serupa dengan pasien varian Delta yang tidak vaksinasi.

Tapi Dr Hugh Cassiere, direktur layanan perawatan kritis untuk Rumah Sakit Jantung Sandra Atlas Bass, New York, membantah hal itu da mengatakan varian Omicron ini justru bertindak lebih seperti bronkitis daripada pneumonia.

“Biasanya penderita bronkitis akut cenderung tidak sesak napas, melainkan menghasilkan dahak. Sedangkan, pneumonia cenderung menyebabkan sesak napas dan lebih lelah dibandingkan bronkitis pada umumnya," kata Dr Hugh Cassiere.

Pakar kesehatan telah menyarankan gejala varian baru virus corona cenderung menyerupai strain sebelumnya, daripada berbeda.

Hanya satu gejala varian Omicron yang tidak seperti virus corona Covid-19 sebelumnya, yakni tak ada pasien yang mengeluhkan hilangnya indra penciuman dan perasa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI