Suara.com - Mengurangi porsi nasi yang dimakan tidak hanya bermanfaat untuk menurunkan risiko diabetes. Pakar mengatakan, mengurangi nasi juga berdampak baik bagi lingkungan.
Mulia Nurhasan, food and nutrition scientist di Center for International Forestry Research (CIFOR), mengatakan pola konsumsi nasi tiga kali sehari dan makan dengan nasi sepiring penuh memiliki dampak buruk bagi lingkugan.
"Jika semua orang Indonesia punya pola makan seperti ini, negara memerlukan produksi beras yang semakin banyak. Sayangnya, produksi beras menghasilkan gas rumah kaca yang cukup tinggi, peningkatan gas rumah kaca yang terlalu tinggi telah menyebabkan perubahan iklim," kata Mulia, dikutip dari ANTARA.
Mulia merujuk pada informasi di Our World in Data merilis hasil penelitian bahwa produksi beras per kilogram menghasilkan 4,45 kilogram gas rumah kaca. Nilai itu termasuk yang paling besar diantara tumbuhan pangan lainnya, seperti singkong yang menghasilkan sekitar 1,32 kilogram gas rumah kaca.
Baca Juga: Perhatikan, Inilah Gejala yang Muncul di Malam Hari ketika Kadar Gula Darah Tinggi
Selain itu, banyak lahan sawah sudah mulai menyusut, menanam di lahan-lahan baru yang tidak cocok untuk tanaman padi bisa menciptakan masalah lingkungan dan sosial yang besar.
Mulia mengatakan berusaha mengonsumsi pangan yang lestari menjadi penting agar setiap orang bisa berkontribusi langsung pada keberlanjutan sistem pangan, termasuk mengurangi efek rumah kaca.
Sementara itu menurut dokter dan relawan di Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) Alvi Muldani, mengurangi konsumsi nasi merupakan salah satu cara mencegah terserang diabetes.
Alvi menjelaskan dari penelitian didapatkan orang yang mengonsumsi nasi 450 gram sehari dibandingkan yang mengonsumsi 150 gram memiliki risiko 20 persen lebih besar terkena diabetes.
Hal itu karena indeks glikemik tinggi pada nasi menyebabkan kenaikan gula dalam darah lebih cepat memicu pengeluaran insulin. Terlalu seringnya kadar insulin tubuh yang tinggi menyebabkan tubuh resisten terhadap insulin, berakibat naiknya kadar gula dalam darah karena gula tidak diserap tubuh.
Baca Juga: Ciri-Ciri Penyakit Gula dan Jenisnya
Kebutuhan insulin yang semakin tinggi juga bisa membuat pankreas kelelahan, sehingga lebih sedikit memproduksi insulin dan berakibat bertambah tingginya kadar gula dalam darah.
Data International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia sebagai negara dengan kasus diabetes terbanyak.
Dia menegaskan bahwa Indonesia memiliki beragam sumber karbohidrat selain nasi putih yang lebih minim risiko diabetes.
Konsumsi nasi putih dapat diselingi jenis karbohidrat lain. Selain nasi merah dengan serat lebih baik, terdapat sumber karbohidrat lain dengan indeks glikemik rendah, seperti sagu, kentang utuh, kacang-kacangan, dan sayur. [ANTARA]