Suara.com - Dua dosis dan booster vaksin Covid-19 yang dibuat oleh Sinovac Biotech Ltd. China, ternyata tidak menghasilkan tingkat antibodi penetral yang cukup untuk melindungi dari varian omicron. Demikian menurut sebuah studi.
Dilansir dari Blomberg, penelitian menunjukkan bahwa orang yang telah menerima suntikan Sinovac, yang dikenal sebagai CoronaVac, harus mencari vaksin lain untuk booster mereka.
Mendapatkan booster vaskin RNA BioNTech SE Jerman sebagai dosis ketiga membuat mereka yang sebelumnya divaksinasi penuh dengan CoronaVac secara signifikan meningkatkan tingkat perlindungan antibodi terhadap omicron, menurut penelitian dari University of Hong Kong dan The Chinese University of Hong Kong.
Dua dosis suntikan BioNTech, yang dikenal sebagai Comirnaty, juga tidak mencukupi, meskipun menambahkan booster dari jenis yang sama meningkatkan perlindungan ke tingkat yang memadai, kata para peneliti dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Survei: Ramai Isu Omicron, 48 Persen Orang Indonesia Pilih Habiskan Libur di Rumah Aja
Dengan omicron yang terlihat sekitar 70 kali lebih mudah menular daripada varian delta, penting untuk melakukan booster atau memvaksinasi ulang dengan vaksin yang lebih spesifik. Hal ini menghambat upaya dunia untuk keluar dari pandemi.
Pekan lalu, Sinovac merilis studi laboratorium yang mengatakan 94 persen orang yang mendapatkan tiga dosis menghasilkan antibodi penetralisir, meskipun tidak disebutkan levelnya.
Para peneliti Hong Kong menetapkan ambang batas untuk apa yang mereka anggap sebagai tingkat antibodi yang cukup untuk perlindungan berdasarkan penelitian sebelumnya yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine.
Namun, perwakilan Sinovac hingga kini masih belum memberi tanggapan. Penelitian yang dipimpin oleh Malik Peiris dan David Hui, meneliti produksi antibodi penawar virus dalam darah orang yang divaksinasi dengan dua suntikan yang saat ini digunakan di Hong Kong. Mereka mengkonfirmasi dua dosis vaksin tidak cukup untuk menangkis omicron.
Berita itu muncul ketika penasihat medis Hong Kong membuka jalan bagi orang dewasa di kota untuk menerima suntikan booster, tidak peduli vaksin apa yang awalnya mereka terima. Studi baru menunjukkan ada perbedaan penting di antara mereka.
Baca Juga: Kasus Omicron Meningkat, AS Izinkan Penggunaan Pil Anti-Covid-19 Pfizer
Temuan ini adalah berita buruk bagi China, yang telah berhasil melindungi sebagian besar rakyatnya dari Covid-19 dengan perbatasan tertutup dan tindakan penahanan yang ketat, tetapi sekarang menghadapi tantangan untuk mencegah omicron keluar.
Pemerintah telah memberikan 2,6 miliar suntikan buatan sendiri -- banyak di antaranya CoronaVac -- kepada 1,4 miliar penduduknya, tetapi kemungkinan harus mengembangkan dan meluncurkan vaksin baru sebelum dapat beralih dari sikap isolasionisnya.