Kasus COVID-19 Varian Omicron Meningkat Jelang Natal, Australia Tegaskan Tak Akan Lockdown

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 23 Desember 2021 | 11:03 WIB
Kasus COVID-19 Varian Omicron Meningkat Jelang Natal, Australia Tegaskan Tak Akan Lockdown
Ilustrasi Lockdown karenea Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sama seperti negara-negara lainnya, Australia juga tengah mengalami lonjakan kasus COVID-19 varian Omicron jelang libur Natal dan Tahun Baru.

Berkaca dari pengalaman sebelumnya, Perdana Menteri Australia Scott Morrison menegaskan tidak akan memberlakukan karantina wilayah (lockdown) saat liburan Natal.

Ia beralasan bahwa rumah-rumah sakit saat ini bisa menangani lonjakan terbesar kasus COVID-19, yang dipicu Omicron.

"Kendati ada peningkatan kasus, rumah-rumah sakit dan sistem kesehatan masih kuat, tapi tentunya mereka akan diuji," kata Morrison kepada para wartawan di Canberra.

Baca Juga: WHO Kecam Negara Kaya Penimbun Vaksin, Dituduh Sebabkan Munculnya Varian Omicron

Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)

Bahkan ketika lonjakan infeksi harian mencapai rekor, jumlah orang yang dirawat di rumah sakit serta yang meninggal di Australia tetap rendah dibandingkan pada saat gelombang varian Delta melanda.

Australia sedang bergulat menangani varian virus corona yang lebih mudah menyebar itu pada saat aturan-aturan pembatasan dilonggarkan menjelang liburan Natal.

Pelonggaran dilakukan setelah tingkat vaksinasi yang lebih tinggi sudah tercapai.

Morrison menegaskan lockdown tidak akan lagi diterapkan.

"Masyarakat Australia sudah bekerja sangat keras agar dapat merayakan Natal bersama-sama dan kami ingin melindungi itu. Salah satu yang kami setujui hari ini adalah, kita tidak akan kembali menerapkan lockdown. Kita tidak akan kembali ke lockdown," kata Morrison, menegaskan.

Baca Juga: Varian Omicron Bisa Picu Gejala Kabut Otak, Begini Ciri-cirinya!

PM Australia itu bersikeras bahwa pencegahan penyebaran virus tersebut merupakan kewajiban pribadi masing-masing warga.

Orang-orang tidak akan diwajibkan mengenakan masker di dalam ruangan, walaupun mereka "sangat disarankan" untuk melakukannya, kata Morrison.

Namun sementara itu, sebagian besar negara-negara bagian Australia --kecuali negara bagian terpadat New South Wales-- telah mengeluarkan perintah bagi warganya untuk memakai masker jika berada dalam ruangan publik.

Para pemimpin pemerintahan federal dan negara bagian pada Rabu bertemu dalam sidang Kabinet untuk membahas peningkatan kasus COVID-19, yang saat ini menguras kemampuan fasilitas-fasilitas pengujian.

Setelah sidang itu berakhir, Morrison mengumumkan pendanaan baru vaksinasi bagi kalangan klinik dan apotek.

Ia juga mendesak negara-negara bagian untuk membuka kembali ratusan pusat vaksinasi guna mempercepat gerakan penyuntikan vaksin penguat (booster).

Pusat-pusat vaksinasi itu sempat ditutup karena tingkat vaksinasi dua dosis pada orang dewasa telah mencapai 80 persen.

Australia pada Rabu melaporkan lebih dari 5.000 infeksi harian untuk pertama kalinya selama pandemi. Angka itu merupakan kenaikan dari catatan tinggi sebelumnya, yaitu 4.600 kasus, pada satu hari sebelumnya.

Sekitar 95 persen dari kasus-kasus baru itu muncul di negara bagian New South Wales serta Victoria.

Australia sejauh ini mencatatkan total 265.000 infeksi COVID-19 dan 2.162 kematian sejak pandemi mulai melanda. Angka tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. [ANTARA]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI