Suara.com - Budaya riset di Indonesia dinilai sejumlah pihak masih sangat rendah. Bahkan, menurut Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia, Dr. Daeng M Faqih, SH, MH, jumlah jurnal hasil riset, lebih kecil dibandingkan negara-negara lain.
Oleh sebab itu ia mendorong para dokter di Indonesia agar memiliki budaya dan semangat melakukan riset. Hal itu, lanjut Daeng penting tercapainya kemandirian dan inovasi di bidang pelayanan kesehatan dan penunjangnya.
Dorongan itu salah satunya diwujudkan melalui gelaran Anugerah Karya Cipta Dokter Indonesia (AKCDI) bekerja sama dengan Kalbe Farma yang tahun ini memasuki penyelenggaran ketiga.
"Ke depan, dengan budaya riset yang baik dan pemerintah juga mendorong budaya riset di tanah air ini kita akan bisa mendorong inovasi dan kemandirian di bidang pelayanan kesehatan dan industri pendukung pelayanan kesehatan," ujar dia seperti dikutip dari ANTARA, Rabu, (22/12/2021).
Baca Juga: Kenapa Kucing Selalu Mendekati Kita? Bisa Jadi Simbol Kecemasan hingga Cari Perhatian
Lebih lanjut, berkaca dari pandemi yang sudah terjadi hampir dua tahun terakhir, Indonesia bahkan belum mandiri dalam hal penatalaksanaan kesehatan dan menunggu arahan dari negara-negara lain.
"Misalnya penatalaksanaan, pasti kita menunggu arahan dari mana-mana yang dipraktikkan beberapa negara, baru kita mengikuti termasuk barang-barang-barang atau alat kesehatan yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan. Dengan terobosan riset ke depan, inovasi dan kemandirian harapannya bisa didorong," tutur dia.
Oleh karena itu, melalui pemberian penghargaan pada para periset dalam hal ini dokter diharapkan setidaknya memberikan semangat pada mereka yang aktif dan melakukan riset.
Lebih lanjut, apabila semangat dan budaya dokter Indonesia untuk melakukan riset terbentuk maka yang bisa diharapkan kemudian yakni kebijakan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan berbasis riset sehingga terukur.
"(Kami) ingin mendorong semangat dan budaya dokter Indonesia untuk melakukan riset, sehingga begitu dorongan ini bagus, budaya dan semangat terbentuk, kita berharap tumbuh kembangnya kemandirian di Indonesia," kata dia.
Baca Juga: Trauma Hamil karena Pernah Keguguran Dua Kali, Apa Kata Dokter Kandungan?
Sebagai informasi, AKCDI yang telah diselenggarakan sejak 2019 merupakan penghargaan bagi para dokter yang berminat dalam bidang karya ilmiah dan dituangkan dalam bentuk award terhadap hasil karya cipta terbaik yang meliputi: penelitian kedokteran dasar, klinis, dan epidemiologis, serta evidence based-case report (EBCR).
Tahun ini telah terpilih 3 pemenang AKCDI 2019, yaitu : Taufik Akbar dengan tema “Efektivitas Implantasi Sekretom Sel Punca Mesenkimal Asal Jaringan Adiposa, Sumsum Tulang, dan Tali Pusat Terhadap Pertumbuhan Kalus pada Defek Kritis Tulang Panjang di Tikus Sprague Dawley” untuk naskah yang belum dipublikasi; Zulvikar Syambani Ulhaq dengan tema “The Level of Ig Anti-Rbd Sars-Cov-2 After Two Doses of Coronavac Vaccine” untuk naskah yang sudah dipublikasi; Talita Clarissa Sinatra “Hubungan Defisiensi Vitamin D (25(OH)D) terhadap Enterokolitis Nekrotikans dan Respiratory Distress Syndrome pada Bayi Prematur “ untuk naskah Evidence-based case report (EBCR),