Lockdown Saat Covid-19 Berpotensi Meningkatkan Intensitas Nyeri pada Wanita

Senin, 20 Desember 2021 | 13:42 WIB
Lockdown Saat Covid-19 Berpotensi Meningkatkan Intensitas Nyeri pada Wanita
Ilustrasi nyeri pada wanita. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lockdown saat Covid-19 tampaknya memiliki dampak yang sangat berbeda pada pria dan wanita yang memiliki riwayat nyeri kronis, di mana wanita rentan mengalami perburukan dalam hal intensitas nyeri.

Temuan ini didapat berdasarkan penelitian yang dipresentasikan di Euroanaesthesia, pertemuan tahunan European Society of Anesthesiology and Intensive Care (ESAIC), yang diadakan online tahun ini.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa situasi stres tinggi, termasuk perang dan pascaserangan teroris, dapat memperburuk rasa sakit kronis. Selama lockdown akibat Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia, kelompok rentan sangat terpukul oleh meningkatnya isolasi, kesepian, kecemasan, ketidakpastian keuangan, serta ketidakmampuan untuk mengakses perawatan biasa.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa pandemi mungkin telah memperburuk masalah nyeri kronis dan beberapa ketidaksetaraan gender,” kata penulis utama Dr. Kordula Lang-Illievich dari Medical University of Graz di Austria.

"Dengan nyeri kronis yang mempengaruhi sekitar 20% dari populasi orang dewasa Inggris, sangat penting untuk memahami bagaimana orang yang hidup dengan nyeri kronis dipengaruhi oleh pandemi," katanya lagi.

Untuk menyelidiki bagaimana pembatasan dan penguncian selama Covid-19 di Jerman, Austria, dan Swiss berdampak pada orang dengan nyeri kronis, para peneliti mengundang orang dewasa yang mengambil bagian dalam kelompok swadaya yang telah mengalami nyeri kronis setidaknya selama 1 tahun untuk menyelesaikan survei berbasis web.

Peserta ditanya tentang intensitas nyeri (diukur menggunakan Skala Analog Visual 0-100, dengan 0 tidak ada rasa sakit) sebelum dan selama lockdown Covid-19. Mereka juga ditanyai tentang manajemen nyeri farmakologis dan nonfarmakologis, aktivitas fisik, faktor sosial, dan psikologis.

Dari 579 tanggapan yang diterima antara 1 Juli hingga 15 Juli 2020, 138 berasal dari pria dan 441 dari wanita (usia rata-rata 42 tahun), sebagian besar berasal dari Jerman (56%), Austria (33%), dan Swiss (11%).

Para peneliti menghitung perbedaan tingkat nyeri rata-rata yang dilaporkan sendiri sebelum dan sesudah lockdown Covid-19 pertama dan membandingkan tingkat antara jenis kelamin.

Baca Juga: Muncul Kasus Pertama Omicron di Indonesia, Pemerintah Lockdown RSDC Wisma Atlet

Tanggapan menunjukkan bahwa wanita dengan nyeri kronis merasakan peningkatan keparahan nyeri selama lockdown pertama, dibandingkan dengan tingkat nyeri khas mereka sebelum lockdown.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI