Suara.com - Amerika Serikat atau AS tengah mengalami pandemi gangguan kesehatan mental akibat wabah Covid-19 yang masih terjadi. Kondisi itu terlihat dari meningkatnya permintaan terapi pada tenaga profesional kesehatan mental selama wabah virus corona terjadi.
Survei di antara profesional perawatan kesehatan mental menunjukkan 9 dari 10 terapis mengatakan kepada The New York Times bahwa jumlah klien yang mencari perawatan telah meningkat hingga tingkat yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Beberapa terapis bahkan memiliki daftar tunggu hingga tiga bulan untuk janji baru.
"Orang-orang harus menghadapi gempa susulan secara emosional dan mental akibat apa yang telah terjadi," kata Jacent Wamala, terapis pernikahan dan keluarga di Las Vegas, dikutip dari Fox News.
Baca Juga: Ratusan Petugas TPST Bantargebang Terpapar Covid, Benarkah Limbah Masker Tularkan Virus?
Penguncian wilayah menimbulkan dampak yang signifikan pada individu dan pasangannya, tetapi berbeda dalam menyadarinya.
Menurut para terapis, beberapa orang merasa terisolasi dan terpisah, sementara yang lain mulai mengenali perbedaan yang tidak bisa lagi dihindari dari pasangannya.
Hampir 75 persen profesional yang mengikuti survei Times mengatakan bahwa mereka menghabiskan banyak waktu untuk membantu klien dengan masalah keluarga dan hubungan.
"Rasanya seperti lebih banyak pasangan berada di ambang perpisahan atau perceraian," kata Chris Davis, terapis pernikahan dan keluarga di Louisville, Ky.
Beberapa temuan disebutkan bahwa sejumlah pasangan merasa perpisahan dipicu karena perbedaan dalam gaya pengasuhan, komunikasi, pembagian tugas rumah tangga, dan kebiasaan belanja.
Baca Juga: Ribuan Dokumen Rahasia Pembunuhan John F. Kennedy Dibuka untuk Umum
Beberapa pasangan juga mengungkapkan bahwa mereka kurang tertarik lagi satu sama lain akibat tidak pernah ada waktu untuk merasa rindu dan menginginkan satu sama lain.
Tetapi, yang dinilai paling memprihatinkan adalah temuan bahwa masalah kesehatan pada anak juga meningkat. Kondisi itu sebenarnya telah diperingatkan oleh Ahli Bedah AS Vivek Murthy sejak awal Desember lalu.
Menurut psikolog klinis di Berkeley, California, Pooja Sharma, kemungkinan perlu beberapa tahun hingga kondisi kesehatan mental terasa nomral bagi anak-anak.
Penggunaan telemedicine sebenarnya membantu atasi lonjakan permintaan terapi. Tetapi 28 persen tenaga profesional mengatakan bahwa cara itu membuat sesi lebih sulit karena mereka kehilangan isyarat bahasa tubuh yang penting dari pasien.
Permintaan bantuan medis untuk kesehatan mental diperkirakan masih akan tinggi hingga 2022. Artinya, sebagai bagian dari tenaga kesehatan, mereka juga telah mengalami kewalahan dan kelelahan saat ini.
"Kami menahan emosi orang lain, kesedihan mereka, kesedihan mereka dan stres mereka. Saya bertemu empat orang hari ini. Saya diambang kelelahan dan harus mundur dan percaya bahwa klien saya akan baik-baik saja," kata Claudia Coenen, konselor kesedihan bersertifikat di Hudson, New York.