Suara.com - Satu lagi produsen vaksin COVID-19 yang memberikan laporan hasil penelitian keampuhan vaksinnya dalam melawan varian Omicron.
Dalam keterangan resmianya, The Gamaleya Center bekerja sama dengan The Russian Direct Investment Fund (RDIF) melakukan studi untuk melihat keampuhan vaksin Sputnik V buatan Rusia untuk melawan varian Omicron.
Hasil studi menemukan efikasi vaksin Sputnik V yang ditambah dengan suntikan penguat atau booster Sputnik Light mencapai 80 persen dalam melawan varian COVID-19 Omicron.
“Kami menerapkan pendekatan vaksinasi dengan Sputnik V, kemudian dalam rentang waktu tertentu kembali disuntikan booster akan menetralkan virus Omicron hingga 80 persen,” kata Direktur Institut Riset Epidemiologi dan Mikrobiolgi Gamaleya Alexander Gintsburg dalam konferensi pers yang disiarkan secara virtual dari Rusia.
Baca Juga: IDI: Gejala Omicron Lebih Ringan, Tapi 5 Kali Lipat Penularannya
Dia menjelaskan pihaknya meneliti sampel pelancong setelah bepergian dari luar negeri, kemudian menjalani isolasi dan diidentifikasi terinfeksi Omicron.
Antibodi penawar virus terhadap Omicron ditemukan lebih tinggi dalam rentang waktu dua hingga tiga bulan setelah disuntikkan booster Sputnik Light daripada antibodi yang berkembang terhadap varian lain dalam rentang waktu enam bulan dan hanya mendapatkan vaksin Sputnik V.
“Kami berkesempatan untuk meneliti secara detil. Vaksinasi telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan kami dan Federasi Rusia yang menggunakan vaksin Sputnik V dan kami menyarankan untuk kembali divaksin menggunakan booster,” katanya.
Gintsburg menyimpulkan pendekatan vaksinasi dengan Sputnik V berikut booster Sputnik Light juga efektif untuk melawan varian Delta, meskipun vaksin Sputnik V itu sendiri juga menunjukkan aktivitas penetralan virus dalam melawan varian Omicron yang efektif mencegah penyakit berat dan rawat inap.
Hasil studi itu juga menunjukkan 100 persen orang yang kembali divaksin booster Sputnik Light akan mengembangkan antibodi penawar virus dalam waktu dua hingga tiga bulan setelahnya.
Baca Juga: Guru Besar FKUI: Varian Omicron Diduga Sudah Menyebar Sebelum Kasus Pertama Ditemukan
Sementara itu, studi yang dilakukan di Frankfurt, Jerman, menunjukkan bahwa aktivitas penetralan virus setelah vaksinasi Pfizer-BioNTech terhadap varian Omicron masih ditemukan di 25 persen sampel yang mendapatkan suntikan booster Pfizer dalam kurun waktu yang sama.
Di sisi lain, penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat terhadap warga berusia 65 tahun menunjukkan penurunan efikasi vaksin mRNA terhadap varian Delta setelah bulan ke-4 dan kembali menurun 20 persen setelah bulan ke-5 hingga ke-7.
Beberapa negara, termasuk Inggris, Korea Selatan, Yunani mempersingkat periode pemberian booster dari enam ke tiga bulan lantaran efikasi vaksin mRNA yang memudar.
Pada 15 Desember 2021, Badan Obat-obatan Eropa (EMA) mengeluarkan rekomendasi untuk penggunaan Ad26 yang mirip dengan booster Sputnik Light untuk penguat vaksin mRNA.
“Hasil menunjukkan produk vaksin Sputnik yang berbeda dengan vaksin mRNA dan terbukti memiliki spektrum yang lebih luas untuk antibodi melawan Omicron dan efektif untuk menangkal varian lainnya yang mungkin muncul di masa yang akan datang,” ujar Gintsburg. [ANTARA]