Dokter Akui Sulit Diagnosis Penyakit Autoimun Lupus

Rabu, 15 Desember 2021 | 11:43 WIB
Dokter Akui Sulit Diagnosis Penyakit Autoimun Lupus
Penyakit lupus. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyakit lupus termasuk jenis gangguan autoimun yang sering terjadi terutama pada perempuan. Meski begitu, diagnosisnya tidaklah mudah karena gejala Lupus Eritematosus Sistemik (LES) sering disalahartikan sebagai penyakit lain. 

Diagnosis LES dapat dipastikan berdasarkan temuan klinis dan pemeriksaan penunjang serta memerlukan kajian secara mendalam oleh dokter spesialis

Setelah diagnosis ditetapkan pun pasien masih memerlukan penilaian terhadap perkembangan penyakit dan keterlibatan organ untuk menentukan rencana terapi yang tepat.

“LES memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup pasien. Dibandingkan dengan populasi sehat, penyakit ini menjadi sebuah penghalang dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena gejalanya yang muncul secara signifikan atau kambuh secara tiba-tiba," kata dokter spesialis penyakit dalam, Konsultan Reumatologi, Dr. dr. Cesarius Singgih Wahono, SpPD-KR., dalam webinar daring, Selasa (14/12/2021).

Baca Juga: Relawan dan Warga di Sekitar Gunung Semeru Disarankan Tetap Pakai Masker

Gejala LES paling umum menurut dokter Singgih, seperti kelelahan, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik, dan rasa nyeri. Sehingga tak jarang LES juga berdampak negatif terhadap karier pasien.

Dokter Singgih menyebut kalau sekitar 39 persen pasien LES melaporkan bahwa mereka harus berganti pekerjaan karena penyakit tersebut.

“Agar dapat mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik, penting bagi pasien LES untuk dispilin dengan perawatan yang dijalani. Tentunya, dengan pemantauan pengobatan yang ketat, 80-90 persen pasien lupus dapat menjalani hidup normal," katanya. 

Perawatan penyakit lupus yang bersifat jangka panjang, bertujuan untuk menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, menginduksi remisi dan mencegah kerusakan organ secara permanen. 

Pengobatan standar dari perawatan lupus mulai dari nonfarmakologi atau tanpa obat farmasi, seperti edukasi, menghindari panas matahari, manajemen stress. Juga dengan konsumsi obat, seperti antimalaria, steroid, dan imunosupresan atau penekan sistem imun. 

Baca Juga: Korban Awan Panas Semeru Alami Luka Bakar, Muhadjir Minta Menkes Kerahkan Dokter Spesialis

Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Reumatologi, Profesor Harry Isbagio, SpPD-KR, KGer. menambahkan bahwa penyakit autoimun termasuk LES memang tidak bisa sembuh total.

Pasien setidaknya bisa mencapai kondisi terbaik remisi. Artinya, penyakit terkontrol dan pasien idak perlu minum obat apa pun, tapi gejala masih bisa kambuh kapan pun. 

"Bukan hanya lupus, semua autoimun tidak bisa sembuh. Tujuan kita adalah mencapai remisi," ucap Profesor Harry.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI