Suara.com - Disfungsi ereksi (DE) merupakan ketidakmampuan mempertahankan atau mencapai ereksi untuk berhubungan seksual. Kondisi ini memang dapat membuat stres.
"Meskipun tidak jarang seorang pria mengalami masalah dari waktu ke waktu, pria yang didiagnosis disfungsi ereksi memiliki masalah terus-menerus selama tiga bulan atau lebih," jelas profesor urologi di Mayo Clinic, Tobias Kohler.
Berdasarkan Health, berikut beberapa gejala disfungsi ereksi:
- terkadang bisa ereksi, tetapi ketika berhubungan intim tidak
- bisa mengalami ereksi, tetapi tidak bertahan cukup lama untuk seks penetrasi
- tidak pernah bisa ereksi
- berkurangnya gairah seks
Gairah seksual pria adalah proses kompleks yang melibatkan otak, hormon, emosi, saraf, otot, dan pembuluh darah. Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh adanya masalah pada salah satu dari faktor tersebut.
Baca Juga: Bikin Tak Puas di Ranjang, Ini Beda Disfungsi Ereksi dengan Ejakulasi Dini
Selain itu, stres dan masalah kesehatan mental dapat menyebabkan atau memperburuk disfungsi ereksi.
Artinya, penyebab disfungsi ereksi bisa dari fisik, psikis, atau kombinasi keduanya.
Ada faktor risiko disfungsi ereksi, umumnya terkait dengan gaya hidup yang dapat menganggu aliran dan sirkulasi darah, seperti merokok, penggunaan alkohol berlebihan, pola makan yang buruk, stres, dan kurang olahraga.
Usia adalah faktor risiko penting lainnya. Persentase pria yang mengalami disfungsi ereksi biasanya semakin tinggi seiring waktu, mengikuti usia pria tersebut.
"Seiring bertambahnya usia, pembuluh darah itu sendiri tidak sekuat itu, dan Anda lebih berisiko mengalami masalah medis lainnya," tandas Kohler.
Baca Juga: Hits Health: Merawat Kulit Bayi Baru Lahir, Mitos Soal Disfungsi Ereksi