Protes Kewajiban Vaksinasi, Puluhan Ribu Orang Gelar Aksi di Austria

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Senin, 13 Desember 2021 | 17:04 WIB
Protes Kewajiban Vaksinasi, Puluhan Ribu Orang Gelar Aksi di Austria
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Protes terhadap kewajiban vaksinasi dan hukuman bagi yang melanggarnya terjadi di Wina, Austria.

Puluhan ribu orang berkumpul untuk menolak pembatasan pencegahan COVID-19 di Austria, setelah pemerintah setempat memberlakukan vaksinasi wajib dan perintah di rumah saja bagi orang-orang yang enggan divaksin.

Sekitar 1.400 polisi mengawal pemrotes yang diperkirakan dihadiri oleh 44.000 pengunjuk rasa. Aksi serupa terjadi di ibu kota Austria pekan lalu.

Polisi menyebutkan tiga orang ditangkap karena menggunakan kembang api dan mengabaikan protokol kesehatan dengan tidak memakai masker.

Baca Juga: Ramaikan! Vaksinasi Covid-19 di Siak Berhadiah Sepeda Motor

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)

Wartawan yang meliput aksi tersebut, yang dimulai di alun-alun Heldenplatz, diserang dengan bola salju dan es. Satu wartawan menjadi korban penyerangan, kata polisi.

Pemimpin Partai Kebebasan Austria sayap kanan Herbert Kickl, yang mengkritik penanganan pandemi oleh pemerintah, melakukan orasi.

Ia mengatakan masyarakat tidak menyadari bahwa mereka sedang "didepak" oleh pemerintah. Menurut dia, protes akan terus berlanjut.

Secara terpisah, massa dari sekitar 2.500 pengunjuk rasa juga menentang pembatasan COVID di Klagenfurt dan 150 orang berdemonstrasi di Linz.

Austria menjadi negara pertama di Eropa Barat yang melanjutkan penguncian COVID-19. Otoritas akan mewajibkan vaksinasi COVID-19 mulai Februari mendatang.

Baca Juga: Bahaya Omicron, Pemerintah Minta WNI Tidak Pergi ke Luar Negeri

Massa di Wina yang membawa spanduk bertuliskan "Tidak untuk vaksinasi wajib" dan "Lepaskan anak-anak kami" meneriakkan "Kami adalah rakyat" dan "perlawanan".

Negara berpenduduk 8,9 juta orang itu melaporkan 1,2 juta kasus dan 13.000 lebih kematian COVID-19 sejak pandemi melanda awal tahun lalu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI