Suara.com - Penelitian terkait Covid-19 membuktikan kalau vaksinasi lewat hidung efektif memberikan perlindungan terhadap virus corona yang bermutasi. Termasuk memberikan perlindungan terhadap varian baru delta maupun omicron.
Para peneliti dari Universitas Yale bekerja dengan Icahn School of Medicine di Mount Sinai di New York, menemukan bahwa vaksinasi intranasal atau melalui hidung dapat memberikan perlindungan luas terhadap virus pernapasan heterolog pada tikus.
"Respons baru terhadap virus yang bermutasi cepat mungkin ditemukan tepat di pintu paru-paru kita," kata Akiko Iwasaki, Profesor Immunobiologi Waldemar Von Zedtwitz dan penulis senior studi tersebut, dikutip dari Fox News.
Penulis penelitian menjelaskan bahwa selaput lendir memiliki pertahanan sendiri yang dapat melawan patogen udara atau makanan. Jaringan lendir menghasilkan sel-sel yang mengeluarkan imunoglobin A (IgA), antibodi yang melawan penyakit.
Baca Juga: Yogyakarta Siapkan Kalender Wisata 2022 Jadi Momen Kebangkitan Dari Wabah COVID-19
Antibodi itu bekerja secara lokal pada lapisan mukosa di hidung, paru-paru, dan perut dengan cara berbeda dari vaksin, yang membangkitkan respons imun di seluruh sistem.
Ilmuwan kemudian mencatat bahwa ada hasil baik pada peran protektif sel penghasil IgA dalam memerangi patogen usus. Mereka kemudian menyelidiki apakah itu memicu respons IgA juga dapat menghasilkan respons imun lokal terhadap virus pernapasan.
"Pertahanan kekebalan terbaik terjadi di gerbang (hidung sebagai tempat masuk virus pertama kali), menjaga dari virus yang mencoba masuk," kata Iwasaki dalam rilisnya.
Tim peneliti menguji vaksin berbasis protein yang diberikan pada tikus intranasal dan melalui suntikan seperti imunisasi sistemik yang khas. Vaksin ini dirancang untuk mendapatkan respon imun IgA.
Tim kemudian menginfeksi tikus dengan berbagai jenis virus influenza.
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Bagi Anak di Jakarta Akan Dilakukan Pekan Depan
Para peneliti menemukan bahwa kelompok tikus yang menerima vaksin hidung lebih terlindungi dari influenza pernapasan daripada kelompok yang menerima suntikan, menurut laporan tersebut.
Dari hasil tersebut juga ditemukan kalau vaksin hidung menginduksi antibodi yang melindungi tikus dari berbagai jenis flu, tidak hanya melawan jenis yang dirancang untuk dilindungi oleh vaksin. Para peneliti mengatakan ini tidak terjadi pada kelompok tikus yang menerima vaksin suntikan.
"Sementara suntikan vaksin dan vaksin hidung meningkatkan kadar antibodi dalam darah tikus, hanya vaksin hidung yang memungkinkan sekresi IgA ke paru-paru, di mana virus pernapasan perlu masuk untuk menginfeksi inangnya", kata Iwasaki.
Tim Yale saat ini sedang menguji jenis vaksin hidung terhadap jenis Covid-19 pada model hewan.
Jika vaksin intranasal terbukti aman dan efektif pada manusia, Iwasaki mengatakan bahwa para peneliti berharap vaksin hidung bisa digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap virus corona.