Suara.com - Brand smartwatch, Garmin, mengukur status kesehatan penggunanya di seluruh Asia dengan merujuk pada kalori istirahat (kalori yang dibakar saat tidur) dan kalori aktif (kalori yang dibakar saat aktivitas fisik) yang terdapat pada jam tangan pintar Garmin.
Pengguna dapat melacak total kalori yang dikonsumsi dan setiap perubahan dalam tingkat metabolisme mereka. Indikator kesehatan real-time lainnya seperti tingkat stres, saturasi oksigen, dan pelacakan hidrasi.
Data kesehatan pengguna Garmin di Asia itu dilakukan sejak Januari hingga September 2021. Hasilnya ditemukan bahwa pengguna dari negara dengan rata-rata aktivitas fisik mingguan lebih tinggi, memiliki kalori aktif maupun kalori istirahat lebih banyak.
Namun, secara keseluruhan, laporan tersebut mengungkapkan bahwa kalori istirahat pria dan wanita di Asia menurun secara signifikan pada rentang usia 55 tahun ke atas.
Baca Juga: Bau Badan Ternyata Dapat Menunjukkan Status Kesehatan Anda
Pengguna yang lebih tua tercatat lebih banyak memiliki menit intensitas mingguan dibandingkan dengan rata-rata pengguna usia lebih muda. Sehingga dapat disimpulkan kalau seiring bertambahnya usia, menjadi lebih sadar akan kesehatan dan lebih mementingkan memulai gaya hidup aktif.
Dibandingkan dengan data tahun 2020, pengguna di sebagian besar negara Asia memiliki kalori aktif yang lebih rendah dengan tingkat stres yang meningkat. Hal itu diperkirakan akibat terjadinya pandemi Covid-19 dan pembatasan kegiatan luar ruang sepanjang tahun.
Data pengguna dikumpulkan secara anonim untuk tujuan pengamatan jangka panjang dan pemahaman akan dampak berbagai faktor pada kesehatan. Berikut tiga temuan utama terkaitstatus kesehatan masyarakat di negara Asia.
1. Tren data Asia I: Tingkat metabolisme menjadi kunci untuk orang berusia 55 tahun ke atas.
Ada tiga negara dengan rata-rata kalori istirahat tertinggi selama 2021, yakni India (2.490 Kal), Korea Selatan (2.451 Kal), dan Hong Kong (2.402 Kal). Sedangkan, tiga negara dengan rata-rata kalori istirahat terendah adalah Thailand (2.207 Kal), Jepang (2.232 Kal), dan Vietnam (2.287 Kal). Semakin bertambah usia pengguna, semakin rendah kalori istirahat yang dimiliki.
Baca Juga: Garmin Forerunner 55 Dirilis di Indonesia, Harga Rp 3,2 Juta
Tren data juga mengungkapkan bahwa populasi di atas usia 55 tahun menunjukkan penurunan paling jelas dalam kalori istirahat yang dilacak, menurun secara signifikan dibandingkan dengan rentang usia sebelumnya.
Psikiater dari JUST!Mental Health Clinic, Taiwan, Dr. Min-Shan, LI MD., menjelaskan bahwa metabolisme yang baik menjadi kunci pembakaran kalori terjadi dengan optimal.
"Dengan meningkatkan intensitas olahraga atau memperbaiki kebiasaan hidup, masyarakat dapat meningkatkan metabolisme untuk mencapai tujuan kesehatan idealnya," kata Shan.
2. Tren data Asia II: Tingkat aktivitas di Asia menurun selama 2021, Indonesia menjadi yang terendah.
Berdasarkan intensitas menit mingguan atau aktivitas fisik yang dilakukan pengguna di Asia selama 2021, ditemukan tiga negara dengan rata-rata tertinggi, yakni Hong Kong, India, dan Korea Selatan. Di sisi lain, tiga negara dengan rata-rata menit intensitas terendah adalah Indonesia, Thailand, dan Taiwan.
Intensitas menit yang tinggi akan berdampak pada kalori istirahat yang tinggi pula. Salah satu tren yang diamati di seluruh Asia adalah rata-rata menit intensitas mingguan dari populasi tua lebih besar dari populasi muda.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengguna bersedia menginvestasikan lebih banyak waktu untuk berolahraga teratur di setiap minggunya seiring dengan bertambahnya usia.
Di sebagian besar negara, menit intensitas mingguan yang dicapai oleh pria lebih panjang daripada wanita. Secara keseluruhan, menit intensitas mingguan pria pada usia 46-55 menjadi yang terpanjang.
Akan tetapi, Indonesia menjadi satu-satunya negara di mana pengguna wanita mencapai 3,6 persen menit intensitas mingguan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna pria.
Sementara untuk kalori aktif, nilai di sebagian besar negara di Asia menurun dibandingkan dengan tahun lalu.
3. Tren data Asia III: Tingkat stres di Asia secara keseluruhan meningkat, Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia.
Menurut data tingkat stres pengguna di Asia pada tahun 2021, tingkat stres negara-negara, selain Tiongkok dan Vietnam, terjadi peningkatan dari tahun lalu. Peningkatan stres pria lebih besar daripada wanita.
Sementara itu, tingkat stres Indonesia menduduki peringkat tertinggi di Asia, disusul Filipina dan Malaysia. Dibandingkan dengan data tahun 2020, Indonesia menunjukkan peningkatan stres tertinggi dengan pada pria berusia 26 hingga 45 tahun juga menjadi yang tertinggi di antara negara-negara lain di Asia pada rentang usia yang sama.