Varian Omicron Tak Lebih Berbahaya daripada Varian Delta, Afrika Selatan Punya Buktinya

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 10 Desember 2021 | 02:05 WIB
Varian Omicron Tak Lebih Berbahaya daripada Varian Delta, Afrika Selatan Punya Buktinya
Ilustrasi covid-19. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyebaran COVID-19 varian Omicron perlu diwaspadai agar tidak menyebabkan ledakan kasus COVID-19. Meski begitu, data dari Afrika Selatan, tempat pertama kali Omicron ditemukan, memperlihatkan hasil mengejutkan.

Anggapan varian Omicron yang disebut-sebut lebih berbahaya daripada varian Delta terbukti tidak benar. Berdasarkan data awal dari rumah sakit-rumah sakit di Afrika Selatan, kurang dari sepertiga pasien yang dirawat selama gelombang terakhir terkait dengan COVID-19 varian Omicron mengalami sakit parah.

Jumlah itu lebih sedikit dibandingkan dengan dua pertiga pada tahap awal dua gelombang sebelumnya yang disebabkan varian Delta.

Data yang diterbitkan Institut Nasional Penyakit Menular (NIDC) untuk Tshwane, wilayah perkotaan yang meliputi Pretoria di mana dugaan wabah Omicron pertama muncul, menunjukkan sebanyak 1.633 pasien terdaftar di rumah sakit umum dan swasta terkait COVID-19 antara 14 November dan 8 Desember.

Pasien yang terinfeksi varian baru Covid-19 Omicron akan memiliki gejala sangat ringan dan bisa dirawat di rumah
Pasien yang terinfeksi varian baru Covid-19 Omicron akan memiliki gejala sangat ringan dan bisa dirawat di rumah

Sebanyak 31 persen di antaranya kasus parah, artinya pasien membutuhkan oksigen dan alat bantu pernapasan, dibandingkan dengan 66 persen di awal gelombang kedua pandemi COVID-19 dan 67 persen di minggu-minggu awal gelombang pertama.

Ilmuwan Afsel pertama kali mewaspadai varian Omicron akhir bulan lalu saat mereka menyadari varian itu memiliki jumlah mutasi yang luar biasa besar, terutama pada lonjakan protein yang digunakan virus untuk menembus sel manusia.

Sejak saat itu, mereka segera berusaha mencari tahu apakah mutasi tersebut membuat Omicron lebih menular atau lebih parah dan sejauh mana mutasi itu membantu mengikis perlindungan dari vaksin atau penyakit COVID-19 sebelumnya.

NICD memperingatkan bahwa penelitian itu memiliki keterbatasan yang melekat, yakni belum dikaji secara berkelompok dan kasus parah bisa meningkat seiring dengan berjalannya gelombang keempat.

“Mungkin butuh beberapa minggu untuk mengakumulasi data dari hasil rawat inap,” menurut laporan tersebut.

Baca Juga: Satgas Penanganan Covid-19 Yakinkan Varian Omicron Belum Masuk Indonesia

Laporan itu juga tidak menjelaskan apakah pasien yang diteliti sudah divaksin, jadi itu tidak jelas terkait sejauh mana cakupan vaksin yang lebih manjur dapat menjaga gejala tetap ringan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI