Suara.com - Sejak awal pandemi virus corona Covid-19, anak-anak diketahui memiliki respons kekebalan lebih kuat terhadap virus corona. Saat itu, mayoritas orang usia muda mengalami gejala ringan hingga sedang tanpa ada tanda-tanda komplikasi.
Terlepas dari gejala yang paling umum seperti demam, kelelahan, batuk dan sindrom inflamasi multisistem, tidak ada kasus rawat inap atau kematian yang signifikan akibat virus corona Covid-19 pada anak-anak.
Tapi sekarang, para ahli percaya bahwa anak-anak lebih berisiko tertular virus corona Covid-19 dan mengalami gejala parah di tengah munculnya varian Omicron.
Karena, masih banyak anak-anak dan remaja di bawah usia 18 tahun yang belum mendapatkan suntikan vaksin Covid-19.
Varian Omicron (B.1.1.529) pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan sekarang ditemukan di beberapa negara yang diyakini sangat menular.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan varian Omicron ini sebagai varian perhatian karena memiliki lebih dari 30 mutasi pada protein lonjakannya. Sehingga, hal ini memungkinkan virus menghindari antibodi yang diinduksi oleh vaksin Covid-19.
Akibat munculnya varian Omicron, jumlah infeksi virus corona Covid-19 juga mengalami peningkatan di seluruh dunia. Tapi, sekarang belum ada kasus kematian terkait varian Omicron.
Dampak Varian Omicron Pada Anak-anak
Laporan terbaru dari Afrika Selatan menunjukkan bahwa lebih banyak anak dirawat di rumah sakit dengan gejala sedang hingga parah setelah muncul varian Omicron.
Baca Juga: Pemerintah Belum Temukan Varian Omicron, Epidemiolog: Perlu Jaga Pintu Masuk Negara!
Menurut Dr Rudo Mathivha, kepala Perawatan Intensif di rumah sakit Chris Hani Baragwanath, rumah sakit ini menerima sekitar 5-10 anak sekaligus.