Munginkah Varian Omicron dan Delta Picu Kemunculan Varian Super? Ini Tanggapan Ahli

Selasa, 07 Desember 2021 | 12:29 WIB
Munginkah Varian Omicron dan Delta Picu Kemunculan Varian Super? Ini Tanggapan Ahli
Ilustrasi Virus Corona Covid-19, varian Omicron. (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Munculnya varian Omicron telah memicu kekhawatiran di seluruh dunia. Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), varian B.1.1.529 ini telah terdeteksi di sekitar 38 negara tanpa ada kasus kematian.

Di India sendiri, kasus virus corona Covid-19 pun melinjak menjadi 21 kasus dengan catatan 17 kasus baru dalam sehari setelah kemunculan varian Omicron.

Mengingat varian Omicron yang memiliki banyak mutasi ini telah menyebar ke beberapa negara dalam rentang waktu singkat, para ilmuwan mengingatkan bahwa varian baru ini bisa menjadi ganas dan sangat menular.

Tapi, WHO mengatakan bahwa para ahli membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk menentukan seberapa menular varian Omicron itu dan seberapa besar risikonya menyebabkan infeksi parah serta menghindari kekebalan tubuh.

Baca Juga: Studi: Virus Corona Varian Omicron Punya Risiko Infeksi Ulang 2,4 kali Lebih Tinggi

Menurut Dr Pruthu Narendra Dhekane, Konsultan Penyakit Menular, Rumah Sakit Fortis Bannerghatta, Bangalore, virus itu seperti beberapa organisme lain di dunia, seperti bakteri, parasit, jamur dan semua organisme hidup berubah seiring berjalannya waktu yang biasanya disebut sebagai evolusi.

Ilustrasi virus corona Covid-19, varian Omicron (Pixabay/mohamed_hassan)
Ilustrasi virus corona Covid-19, varian Omicron (Pixabay/mohamed_hassan)

Ia mengatakan bahwa perubahan terjadi sebagai bentuk kelangsungan hidup dan berkembang biak lebih baik di lingkungan.

Sama halnya dengan virus lainnya, SARS-CoV-2 pasti kan bermutasi dan berubah dengan cepat. Karena itu, perubahan struktur molekul yang tidak terlalu besar disebut varian.

Jika perubahan itu sangat besar dan mengarah pada struktur virus yang berbeda disebut mutasi.

Saat ini, ada lima varian virus corona yang menjadi perhatian, yakni varain Alpha (B.1.1.7), varian Beta (B.1.351), varian Gamma (P.1), varian Delta (B.1.617.2) dan yang terbaru varian Omicron (B.1.1.529) pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.

Baca Juga: Studi: Pasien Virus Corona Covid-19 Parah Berisiko Meninggal Usai 12 Bulan

Varian Omicron yang sedang menjadi perhatian ini memiliki lebih dari 30 mutasi pada protein variannya. Para ahli percaya bahwa varian Omicron mungkin bisa menghindari kekebalan yang diinduksi oleh vaksin Covid-19 dan lebih mudah menular dibandingkan varian virus corona lainnya.

WHO pun menyatakan bukti yang disajikan menunjukkan perubahan yang merugikan dalam epidemiologi virus corona Covid-19. WHO telah menetapkan B.1.1.529 sebagai varian perhatian (VOC), bernama varian Omicron.

Tapi dilansir dari Times of India, tidak ada kasus rawat inap dan kematian terkait dengan varian Omicron. Dugaan bahwa varian Omicron lebih bahaya daripada varian Delta juga masih didiskusikan.

Lalu, apakah varian Omicron dan varian Delta akan menghasilkan varian jenis baru lagi?

Saat ini, semakin banyak varain baru virus corona yang bermunculan karena virus ini memang terus bermutasi. Sejak awal pandemi, virus corona Covid-19 ini ini bervolusi dan bermutasi menjadi jenis yang lebih parah.

Karena virus tidak akan pernah berhenti bermutasi dan varian baru virus corona akan terus muncul, para ahli percaya bahwa virus corona Covid-19 ini mungkin saja bermutasi menjadi super strain hibrida yang lebih kuat.

Artinya, varian Delta dan varian Omicron bisa saja mengembangkan varian super yang lebih lebih menginfeksi dan menyebabkan keparahan.

Fenomena ini bisa disebut sebagai rekombinasi virus. Secara ilmiah, rekombinasi virus terjadi ketika virus dari dua strain induk yang berbeda menginfeksi sel inang yang sama dan bertukar mutasi untuk menghasilkan virus yang memiliki beberapa gen.

Ahli epidemiologi telah mempelajari dan mengamati tanda-tanda rekombinasi virus sehubungan dengan virus corona. Tapi, sekarang ini belum ada bukti yang cukup kuat mengenai fenomena tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI