WHO Tak Sarankan Donor Plasma Konvalesen Sebagai Metode Pengobatan Pasien Covid-19 Parah

Risna Halidi Suara.Com
Selasa, 07 Desember 2021 | 10:05 WIB
WHO Tak Sarankan Donor Plasma Konvalesen Sebagai Metode Pengobatan Pasien Covid-19 Parah
Ilustrasi: Warga saat mendonorkan Plasma Konvalesen di Kantor Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta, Senen, Jakarta Pusat, Jumat (23/7/2021). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengeluarkan rekomendasi baru terkait terapi plasma konvalesen bagi pasien Covid-19.

Dalam keterangannya, WHO sangat tidak menyarankan metode terapi konvalesen pada pasien Covid-19 yang sakit parah.

Menurut WHO, dari bukti penelitian saat ini menunjukkan kalau donor plasma darah tidak meningkatkan kelangsungan hidup atau mengurangi penggunaan ventilator pada pasien.

Sebelumnya, terapi plasma darah dilakukan karena dianggap antibodi orang yang telah sembuh dari Covid-19 dapat menetralkan virus, menghentikannya bereplikasi dan menghentikan kerusakan jaringan organ.

Baca Juga: Bobby Nasution Sebut Vaksinasi Covid-19 di Medan Capai 79,08 Persen

Namun, beberapa penelitian yang menguji plasma darah konvalesen tidak menunjukkan manfaat nyata tersebut.

Uji coba yang dilakukan di AS dihentikan pada Maret lalu setelah ditemukan bahwa plasma tidak cukup membantu pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang.

Terapi itu juga dinilai terlalu mahal dan memakan waktu untuk dilakukan, kata WHO dalam pernyataannya pada Senin (6/12/2021), dikutip dari Channel News Asia.

Panel ahli internasional juga membuat rekomendasi kuat terkait penggunaan plasma konvalesen pada pasien Covid-19 dengan penyakit tidak parah, lanjut WHO.

Para ahli menyarankan agar terapi plasma tidak digunakan pada pasien dengan penyakit parah dan kritis, kecuali dalam konteks uji coba terkontrol secara acak.

Baca Juga: Rusia dan Argentina Laporkan Kasus COVID-19 Varian Omicron Pertama

Rekomendasi itu diterbitkan dalam jurnal ilmiah British Medical Journal (BMJ), didasarkan pada bukti dari 16 uji coba yang melibatkan 16.236 pasien dengan infeksi Covid-19 ringan hingga sedang, parah, dan kritis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI