Suara.com - Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Sabtu (4/12/2021) sore telah menyebabkan hujan abu di sekitar wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang tentu saja sangat bahaya bagi kesehatan.
Akibat hujan abu vulkanik tersebut, sejumlah daerah menjadi gelap gulita lebih cepat. Hujan abu vulkanik tersebut terjadi bersamaan dengan guguran awan panas yang keluar akibat aktivitas Semeru.
Dari laporan visual yang dibagikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepada pewarta, warga sekitar lereng Gunung Semeru berlarian saat guguran awan panas juga hujan abu mulai terlihat.
Guguran awan panas Gunung Semeru masih terjadi hingga Minggu (5/12) pagi tadi hingga sejauh 2km dari ujung lidah lava.
![Dampak hujan abu di Desa Kapuhan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Senin (16/8/2021). [Dok. BPBD Magelang]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/08/16/61260-hujan-abu-vulkanik.jpg)
Sementara itu, hujan abu mulai mereda meski beberapa rumah warga masih terendam pasir akibat erupsi tersebut.
Berbeda dengan guguran awan panas, abu vulkanik bisa menyebar lebih jauh akibat terbawa angin. Sebagian besar abu memang akan jatuh di dekat gunung berapi dalam jarak puluhan kilometer.
Dikutip dari Wired, sebagian abu juga dapat terbawa angin lebih jauh, melayang di atmosfer hingga jarak puluhan ribu kilometer di seluruh dunia. Ukurannya yang sangat kecil membuat abu vulkanik mengambang di udara dan mengakitkan hujan abu.
Meski begitu, jangan remehkan bahaya dari abu vulkanik terhadap kesehatan. Partikel abu vulkanik berbeda dengan abu hasil pembakaran kayu ataupun bahan organik lainnya.
Pada situs National Geographic dijelaskan bahwa abu vulkanik merupakan campuran batuan, mineral, dan partikel kaca yang keluar akibat letusan gunung berapi.
Baca Juga: Gunung Semeru Erupsi: Kenali Ciri Abu Vulkanik, Serta Bahayanya Bagi Kesehatan
Partikelnya sangat keras dan biasanya memiliki tepi bergerigi. Akibatnya, dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, paru-paru, serta masalah pernapasan.