Pasalnya, sebelum itu ia mengalami tekanan aneh di kepalanya, terasa seperti otaknya bergerak ketika ia berdiri.
Hasilnya, dari MRI ditemukan tumor sudah berkembang dengan cepat, dan menyebabkan pendarahan. Namun dokter mengatakan tumor tersebut tidak bisa diangkat karena kedalaman dan lokasinya.
"Saya marah, saya memutuskan bahwa saya perlu mengambil tindakan sendiri. Saya mencaritahu tentang semua kondisi saya, dan membuat janji dengan ahli bedah terkemuka," ceritanya.
Hasilnya, ia memilih menjalani operasi meskipun disampaikan ahli bedah tersebut, bakal ada kerusakan permanen.
Hasilnya, Juli 2021 ahli bedah tersebut berhasil menemukan tumor berukuran tiga kali lipat, dan bisa menyebabkan stroke atau kematian sewaktu-waktu.
Menakjubkannya, operasi yang butuh waktu 6 jam lamanya itu berhasil dilakukan. Soviero juga perlu berbulan-bulan lamanya menjalani terapi okupasi, fisik, hingga terapi wicara dan cara makan.
Kini, tubuh Soviero perlahan kembali pulih seperti sedia kala.