Suara.com - Rumah Sakit Dharmais Jakarta telah ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan sebagai fasilitas kesehatan pusat pengobatan kanker se-Indonesia sejak 2017. Tak heran, banyak pasien kanker dari seluruh daerah menjalani pengobatan rujukan di rumah sakit tersebut.
Presiden Direktur Rumah Sakit Kanker Dharmais dr. R. Soeko Werdi Nindito D., MARS mengatakan, ada tiga jenis kanker yang paling banyak ditangani di sana.
Tiga jenis kanker tersebut adalah kanker payudara, kanker serviks dan kanker darah atau leukimia.
"Kanker payudara, serviks, dan leukemia pada anak itu adalah jenis kanker yang terbesar datang ke Rumah Sakit Kanker Dharmais. Juga tentunya ada jenis kanker yang lain dengan jumlah pasien lebih kecil," kata dokter Soeko dalam konferensi pers virtual bersama Roche Indonesia, Kamis (2/12/2021).
Baca Juga: Mengenal Cardiac Angiosarcoma yang Diidap Virgil Abloh sebelum Meninggal
Dokter Soeko menambahkan bahwa ketiga jenis kanker tersebut memang menjadi yang paling banyak ditemukan di Indonesia.
Data Globocan 2018 tercatat bahwa jumlah kasus kanker payudara di Indonesia ada sekutar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.
Sedangkan kanker serviks atau kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk.
Akan tetapi, masalah yang terjadi di Indonesia sebenarnya bukan hanya terkait dengan jenis kanker. Tetapi, keterlambatan pasien mendeteksi penyakit tersebut.
"Pasien yang datang ke Dharmais banyak yang sudah stadium 3 dan 4, artinya sudah menyebar kankernya. Sehingga akan lebih sulit untuk diobati," ujarnya.
Baca Juga: Gejala Kanker Usus, Waspadai Tetesan Darah pada Feses saat Buang Air Besar!
Padahal, ia menyampaikan bahwa harapan hidup pasien kanker sangat besar apabila deteksi dini dilakukan lebih cepat. Sehingga bisa menjalani pengobatan saat masih stadium 1 atau bahkan stadium 0.
Menurut Soeko, banyak rumah sakit di daerah sebenarnya telah mempunyai layanan pengobatan untuk pasien kanker. Namun, persoalannya, sarana dan prasarana pendukung memang tidak selengkap dengan rumah sakit di kota besar. Sehingga kualitas pengobatan berbeda.
"Ini menjadi persoalan penting, sehingga harus ada standar pengobatan kanker dari Kementerian Kesehatan," ujarnya.
Sesuai dengan instruksi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, lanjutnya, pelayanan kanker dengan kualitas baik tidak boleh hanya ada di kota-kota besar saja. Tapi harus menjangkau sampai ke daerah.
"Untuk itu perlu dibuat penguatan pelayanan kanker secara komprehensif. Artinya, apabila ada pasien di daerah kemudian menderita kanker, tidak harus dirujuk ke Jakarta. Tapi justru dikuatkan ilmunya di daerah, sehingga pada saat merujuk bisa didapatkan sistem rujukan yang baik," tuturnya.