Ngeri! Pemerintah Temukan Hampir 2.000 Hoaks Tentang Covid-19 di Media Sosial

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Kamis, 02 Desember 2021 | 17:49 WIB
Ngeri! Pemerintah Temukan Hampir 2.000 Hoaks Tentang Covid-19 di Media Sosial
ilustrasi hoaks dan kabar bohong. [Envato Elements]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penanganan pandemi Covid-19 tidak bisa dipisahkan dari perang melawan hoaks dan kabar bohong. Sebab, hoaks yang disebarkan terkait Covid-19 bisa mengganggu pengendalian pandemi.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan sejak Januari 2020 hingga 18 November 2021, terdapat 1.991 hoaks seputar Covid-19 dari 5.131 unggahan di media sosial. Unggahan seputar Covid-19 terbanyak ditemukan di Facebook, dengan 4.432 unggahan.

Tindakan telah dilakukan oleh KOminfo dengan memutus akses terhadap 5.004 unggahan dan 127 lainnya tengah ditindaklanjuti.

“Terkait hoaks Vaksinasi COVID-19 terdapat sebanyak 390 isu pada 2425 unggahan media sosial dengan persebaran terbanyak pada Facebook sejumlah 2233. Juga sudah dilakukan pemutusan akses atas 2425 unggahan tersebut,” kata Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi, dikutip dari situs resmi Satgas Covid-19.

Baca Juga: Kominfo Cabut Izin Frekuensi Net1

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)

Tak berhenti di situ, Staf Khusus Menteri Bidang Digital dan SDM ini melanjutkan, pihaknya menemukan sebanyak 48 isu pada 1167 unggahan media sosial dengan persebaran terbanyak pada Facebook sejumlah 1149 tentang hoaks PPKM.

Sama seperti sebelumnya, dilakukan pemutusan akses dilakukan atas 1003 unggahan dan 164 unggahan lainnya sedang ditindaklanjuti.

Dedy pun lantas mencontohkan beberapa hoaks yang beredar belakangan ini. Seperti disinformasi mengenai poster iklan COVID-19 yang mengajak para orang tua untuk menyumbangkan organ anak-anak mereka. Padahal gambar tersebut merupakan hasil alterasi dan tidak benar sama sekali.

“Pada tanggal yang sama juga tersebar berita palsu tentang negara Jepang yang memutuskan untuk menghentikan program vaksinasi COVID-19 dan lebih memilih ivermectin yang dapat menghentikan penyakit COVID-19 dalam waktu semalam,” ucapnya.

Contoh lain yakni, beredar hoaks mengenai unggahan di media sosial Facebook yang mengklaim orang yang disuntik vaksin cenderung mengalami perubahan mental dan fisik.

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Pembelajaran, Guru Diharapkan Mahir Menggunakan Media Daring

“Muncul juga hoaks berupa narasi video yang beredar di sosial media berupa potongan video berbahasa asing yang mengklaim bahwa Tes swab Covid-19 adalah vaksinasi yang terselubung,” tambahnya.

Terakhir yang cukup membuah heboh adalah hoaks yang menyatakan bahwa istri CEO Pfizer, salah satu perusahaan manufaktur vaksin COVID-19 meninggal dunia akibat komplikasi vaksin.

Oleh sebab itu, agar masyarakat tidak mudah termakan berita hoaks. Ia pun mengingatkan pandemi masih berlangsung hingga saat ini, sehingga virus SARS-CoV-2 masih mengintai.

“Dengan menghentikan persebaran hoaks, melakukan literasi digital, semangat melakukan vaksinasi, serta taat protokol kesehatan, bersama kita mampu dalam menekan risiko persebaran COVID-19," pungkas Dedy.

Bagi masyarakat yang menerima informasi dari media sosial sebaiknya melakukan kroscek terlebih dahulu. Pastikan Anda membaca atau menerima informasi dari sumber terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan sebelum menyebarkan kembali informasi tersebut agar tidak menjadi korban hoaks.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI