Suara.com - Penyintas Covid-19 yang selamat dari kondisi parah berisiko dua kali lebih tinggi alami kematian selama 12 bulan pasca-sembuh, dibanding dengan pasien gejala ringan atau sedang, maupun bukan penyintas virus corona baru.
Ilmuwan di Universitas Florida menemukan adanya peningkatan risiko kematian lebih besar terjadi pada penyintas Covid-19 di bawah usia 65 tahun.
"Risiko kematian meningkat 233 persen selama 12 bulan (pascasembuh) di antara orang dewasa berusia di bawah 65 tahun yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19, dibandingkan mereka yang negatif Covid-19," tertulis dalam laporan penelitian yang diterbitkan di jurnal Frontiers in Medicine, dikutip dari Fox News.
Penelitian juga menemukan kalau komplikasi umum akibat infeksi virus corona, seperti kegagalan pernapasan dan gangguan pembekuan darah, sebenarnya hanya 20 persen menyebabkan kematian pada pasien dengan gejala parah.
Baca Juga: Bukan dari Delta, Peneliti Sebut Asal Omicron Mungkin dari Pasien HIV yang Tak Diobati
Para peneliti menyimpulkan kalau pasien Covid-19 yang selamat dari gejala parah akibatnya rentan terkena penyakit lain karena penurunan kesehatan secara keseluruhan.
Kasus Covid-19 yang parah dikategorikan dengan pasien yang perlu dirawat di rumah sakit selama 30 hari pertama pasca dites positif terinfeksi.
"Karena kita sekarang tahu bahwa ada risiko besar kematian dari komplikasi Covid-19 yang tidak diketahui, kita perlu lebih waspada dalam mengurangi pasien dengan kondisi," kata penulis utama penelitian Profesor Arch Mainous dari University of Florida.
Sementara orang dengan gejala ringan atau sedang tidak memiliki peningkatan risiko kematian pasca sembuh. Oleh sebab itu, para peneliti menekankan pentingnya mengurangi kemungkinan terjadi gejala berat akibat Covid-19 dengan mendapatkan vaksinasi.
“Memanfaatkan peluang (sembuh) dan berharap untuk perawatan yang berhasil di rumah sakit tidak memberikan gambaran lengkap tentang dampak Covid-19. Rekomendasi kami saat ini adalah menggunakan tindakan pencegahan, seperti vaksinasi, untuk mencegah kasus Covid-19 yang parah,” kata Mainous.
Baca Juga: Varian Omicron Ternyata Telah Menyebar di Eropa Sebelum Ditemukan di Afrika Selatan
Para peneliti melihat catatan kesehatan elektronik dari 13.638 pasien dalam sistem kesehatan Universitas Florida yang menjalani tes PCR untuk Covid-19 antara 1 Januari 2020 sampai 30 Juni 2020. Pasien berusia 18 tahun ke atas.
Dari mereka yang termasuk dalam penelitian, 178 pasien di antaranya didefinisikan dengan kasus Covid-19 yang parah. Sementara 246 lainnya dengan gejala ringan atau sedang dan sisanya dinyatakan negatif untuk virus corona.
Para peneliti kemudian melacak hasil pengobatan setiap pasien selama 12 bulan.
Hasilnya, hampir 80 persen kematian di antara pasien dengan Covid-19 dengan gejala parah tidak berkaitan dengan komplikasi umum dari infeksi virus corona, seperti kejadian gangguan pernapasan atau kardiovaskular.
“Jelas bahwa pencegahan infeksi Covid-19 yang signifikan adalah cara paling efektif untuk mengurangi risiko kematian setelah Covid-19. Strategi mitigasi seperti masker, jarak fisik, dan peningkatan ventilasi adalah strategi yang berguna untuk mencegah infeksi COVID-19,” kata penulis dalam laporan yang diterbitkannya.