Suara.com - Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan hampir 2 tahun menghambat sejumlah program kesehatan nasional, termasu pengentasan stunting di Indonesia.
Bahkan Pelaksana Tugas Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kartini Rustandi persentase kasus stunting pada anak meningkat di masa pandemi, meskipun masih dalam perhitungan.
"Kalau kita bicara dampak pandemi, ada beberapa dampak, memang pasti ada dampaknya ya, berapa besarnya sedang di dalam beberapa kajian," kata Kartini Rustandi mengutip ANTARA.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kenaikan stunting ini, di antaranya masih ada ibu-ibu yang takut membawa anaknya ke puskesmas untuk pemeriksaan rutin dan imunisasi.
Baca Juga: Badan Kurus dan Kurang Gizi, Pertumbuhan Tinggi Badan Anak Bisa Terganggu
Kemudian beberapa waktu lalu adanya penerapan level Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat sejumlah fasilitas kesehatan di beberapa daerah tidak beroperasi.
"Itu dulu. Tetapi sudah ada upaya-upaya bagaimana kita mempersiapkan atau membantu masyarakat untuk bisa melakukan pemeriksaan pada ibu hamil, juga pemeriksaan pada anak-anak, bayi-bayi dan anak balita untuk mendapatkan atau memantau pertumbuhan perkembangannya," katanya.
Ia menyebut penyebab stunting pada anak bukan hanya kurang asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi pola asuh, budaya, sarana prasarana pendukung hidup sehat dan tingkat kemiskinan.
Masalah stunting, kata dia, harus dicegah sejak dini mulai dari perempuan remaja, calon pengantin, ibu hamil, dan bayi baru lahir.
"Bagaimana mencegah dari ibu-ibu yang akan hamil, bahkan sejak remaja. Bagaimana membuat remaja itu menjadi sehat, kemudian ibu-ibu yang akan hamil siap hamil dan selama hamil itu harus dalam kondisi yang sehat. Setelah bayi lahir, mendapat ASI dan juga mendapat pola makan yang sehat dan apabila dia mengalami kekurangan gizi, maka kita akan memberikan makanan tambahan," kata Kartini.
Baca Juga: 3 Langkah Persiapan Sebelum Ikut Ajang Lari Marathon di Masa Pandemi Covid-19