Kemenkes: Anak yang Tidak Imunisasi Dasar Lengkap Lebih Rentan Sakit

Rabu, 01 Desember 2021 | 07:42 WIB
Kemenkes: Anak yang Tidak Imunisasi Dasar Lengkap Lebih Rentan Sakit
Ilustrasi anak sakit. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Imunisasi dasar lengkap penting diberikan kepada anak bahkan sejak baru lahir untuk melindungi anak dari berbagai Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi atau PD3I.

Plt. Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS., mengatakan bahwa anak yang imunisasi dasar tidak lengkap, akan sering sakit karena memiliki imunitas yang lemah.

"Anak yang tidak diimunisasi sudah pasti sering sakit. Kalau (jumlah) yang sakitnya itu banyak, menimbulkan dampak kejadian luar biasa sampai terjadi wabah," kata Maxi dalam temu media virtual, Selasa (30/11/2021).

Kejadian luar biasa (KLB) terkait PD3I itu tidak hanya hanya merugikan dari segi kesehatan tapi juga dari sisi ekonomi, lanjut Maxi.

Baca Juga: Laju Vaksinasi Turun Karena Merek Vaksin, Kemenkes Diminta Gencarkan Sosialisasi

Oleh sebab itu, imunisasi dasar lengkap perlu dilakukan secara merasa di seluruh wilayah Indonesia agar terbentuk kekebalan kelompok.

Menurut Maxi, program imunisasi dasar di Indonesia sebenarnya sudah berjalan sesuai rencana. Namun, sejak terjadi pandemi Covid-19, cakupan imunisasi dasar lengkap menurun di setiap daerah.

Data Kemenkes, imunisasi dasar sepanjang 2021 masih rendah, hanya 58,4 persen dari target 79,1 persen.

"Dampak dari imunisasi rendah dan tidak merata sudah pasti akan menimbulkan akumulasi populasi yang rentan terhadap PD3I."

"Dia tidak akan kebal dengan penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin, mulai dari BCG (vaksin untuk tuberkulosis), polio, difteri, tetanus, hepatitis, kemudian campak dan rubella," ucap Maxi.

Baca Juga: Kemenkes Sebut Secara Teori Indonesia Belum Capai Herd Immunity

Selama dua tahun terjadi pandemi Covid-19, cakupan imunisasi dasar terus turun. Akibatnya, dampak KLB terhadap beberapa PD3I telah mulai ditemukan dibeberapa daerah.

"Sampai saat ini sudah ada KLB difteri di beberapa daerah, terutama di Kalimantan Barat. Juga campak dan rubella yang ada di beberapa provinsi," ungkap Maxi.

Untuk mencegah KLB lebih parah, Kemenkes meminta para orangtua untuk melakukan imunisasi kejar untuk anak-anaknya yang semoat terlambat divaksinasi dasar.

"Kita harapkan pelaksanaan imunisasi rutin harus kita kejar. Karena tinggal satu bulan lagi menuju 2022, pengalaman 2020 dan 2021 menjadi pengalaman yang baik untuk kita mengejar kegiatan imunisasi rutin dan program esensial lainnya," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI