Suara.com - Stres merupakan reaksi alamiah yang bisa dialami kapan saja dan di mana saja. Bahkan menurut dokter jiwa, stres memiliki fungsi untuk meningkatkan sel imun tubuh.
Namun stres yang terjadi secara terus menerus dan berkepanjangan menyimpan risiko bahaya besar. Salah satunya, meningkatkan risiko badai sitokin ketika terinfeksi COVID-19. Waduh!
"Stres dapat menyebabkan terjadi peningkatan kadar IL-6 dan sel kekebalan tidak berfungsi. Orang yang mengalami stres berkepanjangan ini menjadi rentan dan berpotensi mengalami percepatan badai sitokin selama infeksi COVID-19 karena sitokin yang hiperaktif dan disfungsi dari respons imun," tutur psikiater dari RS EMC Alam Sutera, dr Andri Sp.KJ, FAPM, dalam keterangannya kepada wartawan baru-baru ini.
Stres yang lama dan berkepanjangan selain bisa menimbulkan masalah kejiwaan juga mempengaruhi kesehatan fisik. Stres merupakan salah satu faktor penting yang memicu peradangan dan disfungsi sel kekebalan.
Baca Juga: Anak yang Stres Berisiko Alami Gangguan Mental, Begini Cara Mencegahnya
![Ilustrasi sistem imun tubuh. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/07/25/95270-sistem-imun-tubuh.jpg)
Menurut dr. Andri, kompleksitas sistem imun tubuh ini membuat banyak faktor mempengaruhinya, termasuk stres. Secara umum jika terjadi stres yang tiba-tiba maka imun sistem kita akan meningkat.
dr. Andri mengatakan ini bisa kita lihat secara alami saat kita mengalami stres fisik misalnya kita mengalami jatuh atau terkena benturan. Sistem imun tubuh akan memobilisasi sel darah putih dan juga meningkatkan perdarahan di sekitar tempat jatuh atau benturan itu. Itulah alasan mengapa ada rasa panas di awal dan kemerahan kulit ketika mengalami luka dan benturan.
"Namun demikian jika stres berlangsung kronis apalagi yang berkaitan dengan stres mental maka kita bisa mengalami penurunan imunitas akibat berbagai macam faktor terkait sistem imun ini salah satunya dengan peningkatan kortisol atau hormon stres yang terus menerus yang menyebabkan terjadinya peningkatan reaksi peradangan di tubuh kita," terang dr. Andri lagi.
Lalu apakah tidak ada cara untuk membuat stres merusak sistem imun kita? Ia mengatakan agar stres memiliki dampak relatif kecil kepada sistem imun tubuh, sesorang harus memperkuat resiliensinya.
Resiliensi atau daya lenting adalah salah satu yang bisa membuat kita lebih tahan terhadap stres dan membuat sistem imun kita juga menjadi lebih baik. Menurut dr. Andri, ada tiga cara meningkatkan daya lenting yang bisa diterapkan siapa saja.
Baca Juga: 4 Tanda Sehat Mental, Mulai Dari Sosial Hingga Intelektual
Pertama adalah kita perlu merasa puas. Jika kebutuhan dasar kita terpenuhi, maka kita akan merasakan lebih puas terhadap kehidupan ini dan itu akan memberikan rasa aman juga serta meningkatkan daya tahan kita terhadap stres.
Kedua adalah rasa aman. Rasa aman bisa didapatkan jika kita merasa lingkungan kita aman. Orang-orang yang kita temui juga bisa memberikan rasa aman. Hal ini meningkatkan daya tahan kita terhadap stres.
Ketiga adalah keterhubungan. Kita sebagai manusia membutuhkan orang lain. Merasa punya hubungan atau keterikatan dengan orang lain membuat rasa aman dan meningkatkan daya tahan kita terhadap stres.
Di masa pandemi COVID-19 dengan segalam macam kabar buruk yang didengar, memiliki daya lenting kuat penting agar tidak mudah stres, dan akhirnya menurunkan risiko infeksi COVID-19 menjadi parah.