Anak yang Stres Berisiko Alami Gangguan Mental, Begini Cara Mencegahnya

Senin, 29 November 2021 | 12:10 WIB
Anak yang Stres Berisiko Alami Gangguan Mental, Begini Cara Mencegahnya
Ilustrasi anak stres karena banyak PR. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gangguan stres pada anak bisa berdampak panjang. Risiko terbesar bisa sampai membuat anak alami masalah kesehatan mental.

Sebelum hal itu terjadi, orangtua bisa membantu anak melewati stresnya. Dokter spesialis anak dr. Eva Devita, Sp.A(K)., mengatakan bahwa dukungan dari orangtua sangat membantu anak dalam pengendalian emosi, termasuk ketika menghadapi stres. 

"Dia bisa melewati satu tahap tersebut karena adanya faktor positif atau punya hubungan yang baik dengan orangtuanya, bisa curhat dengan orangtuanya secara terbuka, dihargai harga diri anak, cara pandang anak terhadap dirinya yang baik," kata dokter Eva dalam webinar RSAB Harapan Kita Jakarta, Minggu (28/11/2021). 

Ilustrasi anak stres, sedih. (Shutterstock)
Ilustrasi anak stres, sedih. (Shutterstock)

Ia menambahkan, anak-anak yang sudah terlatih mengendalikan emosi sejak kecil akan lebih mandiri dan mampu bertahan melawan stresnya. Dokter Eva menyampaikan, ada beberapa gejala stres pada anak yang bisa diperhatikan.

Baca Juga: Sebelum Meninggal Dunia, Anak Ustaz Arifin Ilham Ameer Azzikra Sempat Salat

"Mengetahui anak mengalami stres yang kemudian bisa berkembang menjadi gangguan mental, pertama adalah orangtua bisa melihat adanya perubahan perilaku. Kalau tadinya ceria tiba-tiba menjadi pendiam, murun. Yang tadinya banyak bicara jadi pendiam, ada keluhan nyeri fisik, gangguan tidur atau merasa ngantuk terus," tuturnya.

Selain itu, gejala stres juga bisa menyebabkan anak alami gangguan pola makan. Seperti tidak mau makan atau justru menjadi terlalu banyak makan. Stres yang berisiko sebabkan gangguan mental juga bisa berdampak pada nilai atau prestasi anak di sekolah. 

Sebab anak yang stres akan kesulitan konsentrasi juga sulit menyelesaikan atau mengikuti pelajaran di sekolah.

"Atau anak bisa muncul perilaku agresif yang terjadi secara holistik, dengan ditegur pelan-pelan biasa saja dia sudah mengeluarkan respon yang berlebihan," katanya.

Sedangkan gejala stres pada anak yang belum sekolah bisa terlihat dari perubahan sikap jadi lebih rewel maupun hiperaktif, mudah marah atau tantrum, juga lebih sering atau kembali mengompol.

Baca Juga: Survei: Digital Multitasking Berisiko Sebabkan Anak Alami Gangguan Mental

Dokter Eva menyarankan, orangtua sebaiknya lebib sering mengajak anak lakukan aktuvifaa fisik, seperti berolahraga. Tujuannya agar anak bisa melepaskan stresnga juga lebih dekat dengan orangtua.

"Apabila anak mulai merasa bosan, maka bermainlah bersama. Bermain nggak mesti yang mahal, bisa hanya dengan berkebun, bermain tebak-tebakan dengan orang tua, atau bermain bersama membuat gambar dan sebagainya. Supaya anak tidak merasa kesepian, maka ajarkan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI