Suara.com - Para ahli kesehatan di dunia masih berharap sistem kekebalan tubuh manusia mampu menahan perkembangan infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Harapan itu mencuat saat ada laporan ilmiah terkait kemungkinan penyembuhan sterilisasi dari infeksi HIV-1.
Jurnal tersebut diterbitkan di Annals of Internal Medicine pada 16 November lalu. Satu-satunya kasus potensial lainnya dilaporkan dalam studi Nature pada 2020 terhadap pengontrol elit, yakni individu yang sistem kekebalannya dapat membatasi replikasi HIV tanpa obat antiretroviral.
Diketahui bahwa HIV bisa masuk ke dalam tubuh manusia dan bersarang selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala apa pun. Namun virus tersebut tetap aktif dan menyerang sel-sel kekebalan, sehingga melemahkan sistem imun untuk melawan infeksi lain.
![Ilustrasi HIV AIDS. [Envato Elements]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/10/27/78195-ilustrasi-hiv-aids-envato-elements.jpg)
Jika tidak diobati, infeksi HIV hampir selalu berkembang menjadi AIDS, atau sindrom imunodefisiensi yang mematikan.
Pada temuan kedua tahun ini, para peneliti menemukan seseorang dengan kekebalan tubuh yang mampu melepaskan diri dari HIV.
Pada temuan yang pertama, tahun 2020, para peneliti berusaha untuk mencari kekuatan HIV dapat bersarang di tubuh manusia melalui 64 pengontrol elit dengan mengurutkan salinan genom virus yang telah terintegrasi ke dalam DNA sel, sebuah teknik yang disebut sekuensing provirus.
Peneliti mengidentifikasi urutan genom HIV utuh pada semua peserta, kecuali relawan bernama Loreen Willenberg. Tim tidak dapat mendeteksi materi genetik virus di lebih dari 1,5 miliar sel darahnya. Loreen kemudian diberi sebutan 'Pasien San Fransisco'.
Metode serupa digunakan kembali dalam penelitian tahun ini, dengan pengontrol elit di Argentina yang telah menjadi subjek penelitian HIV sejak 2017. Hasilnya ditemukan kalau pasien tampaknya telah sembuh dari HIV tanpa bantuan medis.
Pasien tersebut seorang perempuan asal Argentina, sekarang dijuluki 'pasien Esperanza'. Ia didiagnosis HIV sejak 2013. Tetapi, dia tidak menerima pengobatan HIV apa pun selama delapan tahun sejak didiagnosis.
Baca Juga: Peneliti Kembali Menemukan Orang yang Bisa Menghilangkan HIV dari Tubuhnya
Ia dilaporkan hanya mengonsumsi pil antiretroviral yang diminum selama dua trimester terakhir kehamilannya pada 2020. Akan tetapi, pada metode sekuensing proviral dan uji pertumbuhan virus, tidak dapat mendeteksi HIV di hampir 1,2 miliar sel darahnnya yang dikumpulkan sejak 2017. Juga 503 juta sel plasenta yang dikumpulkan setelah dia melahirkan pada Maret 2020.