Suara.com - Kembalinya para pekerja menjalani work from office (WFO) membuat dampak psikologis kecemasan.
Perlu diketahui, wilayah Jawa-Bali Indonesia memasuki PPKM level 3, yang membuat pekerja tidak lagi menjalani work from home (WFH). Perubahan kebijakan itu menjadi sorotan Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, Indria Laksmi Gamayanti.
Menurut Indria, perubahan kebiasaan dari WFH ke WFH untuk sebagian orang, sangatlah tidak mudah bahkan cenderung alami kesulitan adaptasi.
"Apa yang perlu dilakukan, dengan berbagai hal memodifikasi perilaku, untuk menjadi lebih mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi," jelas Indria dalam dalam konferensi pers Kongres Nasional ke-IV IPK Indonesia 2021, Kamis (25/11/2021).
Baca Juga: Waspadai Cemas karena Pandemi, MSF Luncurkan Buku Gratis Tentang Kesehatan Mental
Indria mengatakan, proses penyesuaian adaptasi ini bagi beberapa orang harus mendapatkan bantuan psikolog, karena kerap merasa cemas.
"Ternyata juga masih ada yang cemas, masih ada yang gamang, harus kembali beraktivitas seperti dulu dan ini masalah penyesuaian yang perlu dibantu," tutur Indria.
Sementara itu, kecemasan bisa berdampak pada kesehatan. Mengutip Hello Sehat, berikut ini gangguan kesehatan yang bisa terjadi saat cemas:
1. Gangguan kecemasan
Kecemasan dapat membuat terganggunya produksi hormon serotonin dan adrenalin.
Baca Juga: Studi: Anak Laki-Laki yang Aktif Olahraga Lebih Kecil Kemungkinan Depresi saat Dewasa
Akibatnya, ketika merasa khawatir dan cemas berlebih, akan mengalami mual.
Hal tersebut terjadi karena saat cemas, usus akan mengirimkan pesan ke otak bahwa harus merasa takut dan menyebabkan mual.
2. Penyakit infeksi
Setiap harinya, tubuh bertempur melawan kuman, virus, atau bahkan bakteri yang akan dan telah masuk pada tubuh.
Tanpa disadari, cemas berlebih dapat membawa efek negatif pada sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, akan lebih mudah terkena penyakit infeksi seperti flu, pilek, dan batuk.
3. Penyakit kronis
Selain infeksi akut, efek casa cemas berlebih pada tubuh juga berupa peningkatan risiko terserang penyakit kronis, seperti asma, artritis sakit kepala, tukak lambung, dan penyakit jantung.
Jadi, sudah jelas bahwa terlalu banyak stres dapat membuat seseorang merasa sakit. Hal tersebut terjadi karena hormon stres dapat memengaruhi sistem saraf tubuh dan sistem lainnya seperti organ dan kelenjar dalam tubuh.