Suara.com - Di era digital anak tidak hanya dihadapan pada game, tapi juga media sosial yang ternyata bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental. Bahkan kondisi itu picu anak depresi.
Hal ini diungkap, Founder dan Direktur Eksekutif Bully.id Indonesia, Agita Pasaribu yang mengingatkan pentingnya digital wellbeing atau kesejahateraan digital, agar kesehatan fisik dan mental anak tidak terganggu.
“Apabila dilakukan berlebihan dapat berdampak pada kesehatan mental dan memicu peluang terjadinya perundungan online hingga mengganggu kesehatan fisik," tutur Agita mengutip siaran pers Migo, Rabu (24/11/2021).
Agita dan tim Bully.id juga menemukan fakta menarik dari survei, bahwa kebanyakan dari remaja Indonesia sering kali merasa minder dan tidak percaya diri dengan wajah dan fisik mereka.
Baca Juga: Viral Crazy Rich +62 Bikin Pesta untuk Sepasang Anjing, Pakai Jasa Desainer Profesional!
"Ini karena mereka membandingkan diri dan melihat public figure atau influencer yang mereka ikuti di media sosial”, tutur Agita.
Hasilnya, karena tidak percaya diri, rasa cemas anak akan meningkat drastis, dan apabila dibiarkan bisa menyebabkan kemampuan bersosialisasi anak berkurang, alami gangguan makan bahkan memicu depresi.
Selanjutnya, karena kemampuan bersosialisasinya terganggu, bukan tidak mungkin anak akan jadi sasaran bullying antar teman di lingkungan rumah dan sekolah, yang masih sering ditemui.
Bahkan di internet sekalipun, anak bisa mengalami perundungan dunia maya atau cyberbullying.
Fenomena ini juga terpotret dalam penelitian UNICEF di 2019, bahwa sekitar 90 persen anak dan remaja Indonesia menghabiskan waktu 5 jam per hari pada hari biasa, untuk mengakses media sosial, game online, dan menonton tayangan streaming.
Baca Juga: Mengenal Eksibisionisme: Perilaku Gemar Memamerkan Alat Kelamin