Bukan Cuma Antibiotik, Resistensi Antimikroba Juga Bisa Muncul dari Makanan

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 24 November 2021 | 16:35 WIB
Bukan Cuma Antibiotik, Resistensi Antimikroba Juga Bisa Muncul dari Makanan
resistensi antimikroba atau zoonosis [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Resistensi antimikroba (AMR) selama ini erat dikaitkan dengan penggunaan antibiotik sembarangan dan tanpa resep dokter.

Padahal menurut pakar, resistensi antimikroba juga bisa muncul karena konsumsi makanan. Sebab, mikroorganisme yang resistan terhadap antimikroba dapat berkembang di dalam rantai pangan dan berpindah-pindah dari hewan, manusia dan lingkungan.

"Penggunaan antimikroba yang tidak tepat di bidang pertanian dan peternakan berkontribusi pada penyebaran AMR dan mengurangi efektivitas obat hewan. Sangatlah penting untuk memastikan obat-obatan ini tetap efektif dan tersedia bagi sektor pertanian dan peternakan," kata Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian (FAO), Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Indonesia, dalam siaran pers yang diterima Suara.com.

Sekitar 700.000 kematian setiap tahunnya berkaitan dengan AMR. Karena itu AMR juga sering disebut sebagai "pandemi tersembunyi" yang mengancam kesehatan hewan dan manusia secara global. AMR dapat membuat ekonomi global kehilangan hingga 6 triliun dolar AS per tahun pada tahun 2050, atau setara dengan hampir 4 persen Produk Domestik Bruto (PDB) global.

Ilustrasi peternakan ayam. (Antara/Seno)
Ilustrasi peternakan ayam. (Antara/Seno)

Hanya dalam sepuluh tahun, lebih dari 24 juta orang akan jatuh ke bawah garis kemiskinan akibat AMR, terutama mereka yang berada di negara berkembang.

Pada sektor pertanian dan peternakan hal ini tentu menyebabkan kerugian produksi, menghancurkan mata pencaharian dan mengancam ketahanan pangan. Lebih parahnya, AMR dapat menyebar melalui beragam inang serta melalui lingkungan, yang membuat mikroorganisme yang resistan terhadap antimikroba dapat mencemari rantai pangan.

Baca Juga: Waspada! Konsumsi Antibiotik Sembarangan Bisa Alami Gangguan Kesehatan

“Untuk sektor pertanian, peternakan dan kesehatan hewan, AMR menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan ketahanan pangan, selain tentunya mengancam pengembangan kesehatan hewan yang berkelanjutan. Dalam hal ini, sektor pertanian sendiri akan sulit untuk menahan ancaman sebesar ini. Untuk itu, kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk meningkatkan kapasitas sektor pertanian dalam mengelola risiko AMR dan membangun ketahanan terhadap dampak AMR,“ ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Sehingga, masalah resistensi antimikroba bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan, tapi juga pertanian dan lingkungan. FAO menyebut angka perkiraan konsumsi antibiotik pada sistem pertanian global sangat beragam akibat buruknya surveilans dan pendataan di banyak negara.

Untuk mampu mengatasi AMR, sistem kesehatan global mengusung pendekatan “One Health” untuk mendorong praktek yang baik dalam mengurangi penyebaran mikroba yang resistan terhadap antibiotik pada manusia, hewan, tanaman maupun lingkungan.

Di Indonesia, Rencana Aksi Nasional (RAN) tentang AMR telah dikembangkan dan diimplementasikan oleh pemangku kepentingan lintas sektor, antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertahanan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan berbagai lembaga pemerintahan lainnya.

Pemangku kepentingan ini juga mencakup Badan PBB yakni WHO dan FAO; serta Komite Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba; asosiasi, organisasi profesi; fasilitas pelayanan kesehatan (hewan, manusia dan perikanan); perguruan tinggi, swasta, lembaga swadaya masyarakat, masyarakat umum dan masyarakat sipil.

FAO telah bermitra dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian untuk memberikan dukungan teknis guna mencapai target-target RAN AMR di bidang peternakan dan sistem produksi pangan.

Baca Juga: Ahli di Inggris Memperingatkan Adanya 'Pandemi Tersembunyi', Resistensi Antibiotik

AMR merupakan bidang kerja sama prioritas di bawah Agenda Ketahanan Kesehatan Global, yang diluncurkan pada 2014 oleh 44 negara dan lembaga internasional, dengan dukungan berbagai mitra, salah satunya Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) sebagai mitra utama.

Atase Kesehatan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Pamela Foster mengatakan ketahanan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari kemitraan AS dengan Indonesia yang telah terjalin selama lebih dari 70 tahun.

Selama lebih dari 15 tahun, Pemerintah Amerika Serikat, melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) telah bermitra dengan Pemerintah Indonesia untuk memperkuat kapasitas Indonesia dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular, dan baru-baru ini untuk mengatasi muncul dan menyebarnya AMR.

"Komitmen dan kepemimpinan Pemerintah Indonesia untuk menyebarluaskan kesadaran dan menghentikan resistensi antibiotik menggunakan pendekatan One Health sangat penting untuk menyelamatkan jiwa dan mencapai ketahanan kesehatan di kawasan ini," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI