Studi: Gejala Anosmia Pasca Covid-19 Berisiko Pada Kesehatan Mental, Kenapa?

Selasa, 23 November 2021 | 19:15 WIB
Studi: Gejala Anosmia Pasca Covid-19 Berisiko Pada Kesehatan Mental, Kenapa?
Penyintas covid-19 terapi pulihkan indera penciuman (DW Indonesia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejak Covid-19 terjadi di seluruh dunia, beberapa gejala telah dialami oleh setiap orang. Pada umumnya mengalami demam, batuk, kelelahan, sakit tenggorokan, kepala, hingga kehilangan indera penciuman (anosmia_.

Kehilangan indera penciuman menjadi salah satu gejala yang dialami oleh masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh penulis studi Dr. Rashmi Tarachandani.

“Hilangnya indera pendiuman atau anosmia bisa menjadi kondisi sementara atau permanen. Tapi, dalam banyak kasus, hilangnya penciuman bisa hanya beberapa hari atau minggu,” ungkapnya melansir Healthshots.

“Anosmia terjadi ketika selaput lendir di hidup Anda mengalami iritasi atau terhalang,” lanjut Dr. Rashmi.

Baca Juga: Tabanan Bali Akan Berlakukan PPKM Level 3 Termasuk di Lokasi Wisata

Studi mengenai anosmia ini, telah diterbitkan lewat American Family Physician. Dalam temuannya, 95 persen orang mengalami kehilangan rasa, yang disebabkan oleh hilangnya penciuman.

Ilustrasi indera penciuman. (Pixabay)
Ilustrasi indera penciuman. (Pixabay)

Selain itu, gejala anosmia tidak hanya terjadi pada fisik, tetapi juga menyebabkan masalah kesehatan mental. Mulai dari kecemasan hingga depresi.

Seorang Terapis dan Konsultan Kesehatan Mental Preeta Ganguli, hilangnya indera penciuman dan perasa dapat memengaruhi kualitas hidup individu secara keseluruhan.

“Meski tidak ada orang lain di sekitar Anda yang mengetahui kehilangan indera perasa, justru gejala ini sangat tidak nyaman bagi Anda. Dan ini dapat menyebabkan isolasi dari orang-orang,” ungkap Preeta.

“Pada beberapa orang, itu juga bisa muncul dalam bentuk gangguan makan, karena mereka tidak lagi menikmati aktivitas makan,” lanjutnya.

Baca Juga: Enam Siswa SMA di Aceh Terjaring Bolos di Kafe, Alasannya Begini

Preeta mengatakan, beberapa dari orang yang mungkin makan lebih sedikit, hal ini disebabkan karena rasa tidak nyaman akibat kehilangan indera penciuman. Dari gejala ini, tentu dampaknya bisa menyebabkan penurunan berat badan.

Di samping itu, beberapa penelitian baru dari University of Cincinnati telah menemukan, mekanisme koping telah membantu pasien Covid-19 dengan indera penciuman, salah satunya yang dilakukan adalah mengonsumsi makanan dengan tekstur yang berbeda.

Pasien yang menghadapi tantangan tersebut, dikatakan bahwa mengonsumsi makanan lain dapat mengatasi indera penciuman. Salah satunya lewat buah stroberi, di mana kemampuan ini dapat dirasakan lewat tekstur buah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI