Suara.com - Seorang dokter di Inggris, dr. Irfan Halim, meninggal dunia karena terinfeksi Covid-19 setelah dua tahun menjadi garda terdepan penanganan pandemi. Kepergian dr. Halim di Rumah Sakit Royal Brompton, London, tempat terakhirnya menghembuskan napas, menyisakan luka mendalam di hati Saila Halim, sang istri.
Bagaimana tidak, dr. Halim dinyatakan terinfeksi Covid-19 pada 10 September 2021, tepat enam hari sebelum program vaksin booster disetujui pemerintah Inggris.
Perlu diketahui, pemerintah Inggris melalui NHS baru menyetujui dan meluncurkan vaksinasi booster pada 16 September 2021, dan dr. Halim seharusnya mendapat antrian terdepan sebagai orang yang berisiko terinfeksi karena bekerja di garda terdepan.
Dr. Halim sudah menerima vaksin dosis lengkap sejak Januari 2021, dan belum dapat perlindungan tambahan dari Covid-19, selain bermodalkan alat pelindung diri (APD) di tubuhnya.
Baca Juga: Catat! Dokter Ingatkan Orang Tua Jaga Imunitas Anak Selama Pandemi
Padahal hampir setiap hari dokter berusia 45 tahun itu menangani pasien Covid-19, yang artinya risiko paparan viral load tubuhnya sangat tinggi terpapar virus.
"Suami saya bekerja jauh dari London, dan saya tidak yakin vaksin mana yang ia terima, tetapi ia divaksinasi lengkap dan selalu mengenakan APD lengkap ketika berada di bangsal," ungkap Saila mengutip Daily Mail, Senin (22/11/2021).
"Ia tidak pernah mengatakan apa-apa tentang vaksin booster," lanjutnya.
Seperti diketahui, dr. Halim meninggal hanya berselang dua bulan usai ia ditugaskan di ruang ICU Covid-19 di Rumah Sakit Great Western, Swindon.
"Ia didapati pingsan saat dapat giliran berjaga, dan diyakini tertular virus," tutur Saila.
Baca Juga: Dokter Gadungan Bikin Panik, Datangi Pasien Sambil Bilang 'Hidupmu Tak Lama Lagi'
Perlu diketahui, meski vaksin bisa memberikan perlindungan maksimal dari gejala serius hingga kematian akibat Covid-19, tapi antibodi dari vaksin mulai berkurang setelah 6 bulan, dan tidak lagi 100 persen efektif.