Orangtua Harus Kontrol Rutin Luka Pasca Sunat Pada Anak Untuk Cegah Komplikasi

Senin, 22 November 2021 | 19:02 WIB
Orangtua Harus Kontrol Rutin Luka Pasca Sunat Pada Anak Untuk Cegah Komplikasi
Ilustrasi sunat. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orangtua disarankan harus mengontrol rutin kondisi anak pasca disunat. Meski menggunakan metode secanggih apapun, risiko infeksi tetap ada jika terdapat luka yang terbuka akibat perawatan pasca sunat tidak benar.

Luka sunat biasanya sembuh dalam waktu 3-14 hari. Apabila luka bekas sunat tidak sembuh dalam waktu lebih dari dua minggu, orangtua harus segera membawa anak ke dokter.

"Pasca sunat pasti ada luka apapun itu, jadi harus dijaga terus kebersihannya," kata dokter Reisa Broto Asmoro dalam webinar 'Sunat Aman dengan Metode Modern', Senin (22/11/2021).

Beberapa anak biasanya butuh konsumsi obat-obatan ataupun salep untuk mempercepat proses penyembuhan. Dokter Reisa mengingatkan, jika masa penyembuhan pasca sunat tidak diperhatikan dengan baik, maka berisiko sebab komplikasi hingga infeksi.

Baca Juga: Dokter Saran Anak Laki-laki Baiknya Disunat Sejak Bayi, Bagaimana Hukumnya Dalam Islam?

"Mau pilih metode sunat mana aja, tetap harus ada kontrol setelah dilakukan tindakan," ujarnya.

Mendampingi anak sejak proses sunat dilakukan hingga masa penyembuhan selesai juga jadi tanggungjawab orangtua. Tujuannya, untuk mencegah anak alami trauma. Terlebih, menurut dokter Reisa, usia sunat pada anak di Indonesia rata-rata saat sudah masuk usia sekolah dasar.

"Harus betul-betul didampingi secara psikologi, jangan sampai bikin trauma. Kemudian merawat lukanya harus betul-betul attention khusus," ucap Kepala Komunikasi Satgas Penanganan Covid-19 Pemerintah itu.

Salah satu yang terpenting juga mendampingi anak ketika akan buang air kecil maupun huang air besar.

"Kadang orangtua menganggap sepele jadi anak dibiarkan sendiri tapi ternyata salah caranya. Pengalaman juga, jadi anak teman saya dia itu pakai metode konvensional, ada benangnya di situ. Saat buang air kecil sendiri, dilihat ada sesuatu dikira kurang bersih, ditarik sama dia dikirain kulit kering. Akhirnya copot jahitannya," cerita dokter Reisa.

Baca Juga: 4 Jenis Metode Sunat yang Banyak Dilakukan, Mana yang Lebih Aman?

Diakuinya, selalu ada risiko dari segala tindakan medis, termasuk metode sunat. Namun, hal itu selalu bisa dicegah jika metode yang dilakukan baik juga kontrol pasca sunat diperhatikan.

"Komplikasi itu ada macam-macam, termasuk kalau ada infeksi setelah tindakan atau mungkin bengkak enggak sembuh-sembuh. Makanya harus dipastikan kapan harus balik, harus kontrol. Kalau penanganannya lebih cepat diatasi, akan lebih baik," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI